REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA - Kereta Api Pasundan saat menabrak minibus Suzuki Carry bermuatan 14 orang penumpang di perlintasan rel tanpa palang pintu Kelurahan Sukanagara, Kota Tasikmalaya, Ahad pagi, disaksikan oleh anak korban yang berada di luar mobil.
Anak korban Aqwal (14) mengatakan sempat memberitahu ayah kandungnya Yudi (35) yang mengemudikan mobil bahwa dari arah barat Stasiun Tasikmalaya ada kereta api yang akan lewat. Namun teriakan peringatan anaknya agar tidak melintas di rel itu tidak sempat diperhatikan oleh ayahnya hingga akhirnya kereta api Pasundan jurusan Bandung-Surabaya langsung menabrak mobil tersebut.
Mobil yang ditumpangi ibu kandung Aqwal dan saudara-saudaranya itu seketika terpental beberapa meter hingga akhirnya terhenti di areal persawahan dengan kondisi mobil hancur. Aqwal saat berada di lokasi hanya mampu berteriak minta tolong kepada warga setempat, bahwa mobil yang ditumpangi orang tua dan saudaranya tertabrak kereta api.
"Saya sudah berteriak-teriak. Bapak jangan melintas, ada kereta api," kata Aqwal mencontohkan kembali teriakannya sebelum insiden itu.
Kedua orang tua Aqwal dan saudaranya Sertia (14) masih beruntung selamat dari peristiwa maut tersebut, sementara 11 orang saudaranya meninggal dunia. Orang tua Aqwal warga Perum Griya Asri, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, rencananya akan menjemput Aqwal untuk berwisata mengisi hari libur akhir pekan ke Situ Gede, Kecamatan Mangkubumi.
Sebelum menjemput Aqwal yang sedang menuntut ilmu agama di Pondok Pesantren Mathlaul Khaer atau Cintapada tersebut, justru berakhir tragis.
Korban yang meninggal dunia kebanyakan mengalami benturan pada bagian kepala dan patah tulang yakni Ny Uum (40), Yedi (35), Iin (35), Vina (5), Raihan (7), Fadil (6), Zaky (6 bulan), Kiki (23), Eful (20), Febi (18) dan Debi (9).
Sementara tiga orang yang kritis yakni Yudi (35) dan istrinya Yani (28) kemudian Sertia (14) masih menjalani perawatan di RSUD Tasikmalaya karena mengalami luka benturan pada bagian kepala serta patah tulang.