Kamis 15 Mar 2012 20:15 WIB

Masya Allah...Anak pun Bisa Kecanduan Pornografi, Begini Cirinya

Rep: Siwi Tri Puji/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Hentikan Pornografi Anak (Ilustrasi)
Foto: epa/Corbis/FRANCIS R. MALASIG
Hentikan Pornografi Anak (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - JAKARTA - Internet bak pedang bermata dua. Satu sisi memberi banyak manfaat, namun sisi lain penuh mudharat. "Salah satu mudharatnya adalah penyalahgunaan oleh anak untuk menelusuri situs dewasa," kata Nenden Esty Nurhayati, konselor pada Yayasan Kita & Buah Hati.

Berbicara dalam seminar 'Online Child Phornography" yang diselenggarakan Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia, Kamis (15/3)  ia menyatakan berdasarkan survei pada hampir 4.000-an siswa sekolah dasar kelas 4,5, dan 6, sebanyak 68 persen mengaku pernah mengakses konten pornografi. Bahkan, katanya, beberapa sudah dalam tahap kecanduan pornografi.

Menurutnya, dalam industri pornografi, anak menjadi objek seksualitas dan dijual secara online dalam bentuk video, gambar, serta dala bentuk fisik berupa penjualan anak itu sendiri. Tak hanya itu, karena kurangnya kontrol sosial dari lingkungan, anak pun menjadi konsumen konten-konten pornografi yang ditawarkan di berbagai media elektronik online.

"Dalam pornografi yang melibatkan anak-anak, baik sebagai pelaku maupun konsumen, mereka sama-sama merupakan korban," katanya. Menurut Nenden, anak-anak yang mengalami kecanduan pornografi akan menjadi generasi yang hilang. "Akan lebih sulit menyembuhkan, kalau tak dikenali gejalanya dari awal," katanya.

Ia mengurai beberapa ciri-ciri anak yang mengalami kecanduan pornografi, yaitu mudah haus dan tenggorokan kering; sering minum; sering buang air kecil; sering berkhayal; sulit konsentrasi; jika bicara, menghindari kontak mata; sering bermain PS & internet dalam waktu yang lama; prestasi akademis menurun; main dengan teman/kelompok yang ‘itu-itu’ saja; dan berperilaku aneh.

Bila anak menunjukkan tanda-tanda demikian, kata Nenden, orang tua wajib waspada dan mencari pertolongan segera. "Jangan menghakimi anak. Sebaliknya, rangkul dan ajak dia bicara," katanya.

Nenden menyarankan agar orang tua menguasai cara berinternet dan selalu mengecek riwayat koneksi internet anak. Selain itu, ia juga menganjurkan agar orang tua juga 'berteman' di jagad maya dengan teman-teman sang anak. "Selalu berdiskusi dan ajak anak bijak menggunakan internet," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement