REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU - Sebanyak dua ekor harimau Sumatra (Phantera Tigris Sumatrae) ditemukan mati di kawasan hutan Bengkulu selama sekitar 2,5 bulan terakhir. "Selama 2012 ini kami sudah menangani enam kasus konflik dan dua kasus mengakibatkan harimau mati," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu Amon Zamora di Bengkulu, Selasa (13/3).
Ia mengatakan, konflik pertama pada 8 Januari 2012 dimana seekor harimau terkena jerat pemburu di Hutan Lindung Bukit Daun di Kecamatan Tes, Kabupaten Lebong. Saat ditemukan, katanya, harimau tersebut dalam kondisi terluka cukup parah. Kaki depan terkena jerat dan sekujur tubuhnya penuh luka tombak.
"Sepertinya memang sengaja untuk dibunuh. Saat kami temukan masih hidup tapi penuh luka," katanya. Harimau tersebut masih sempat dievakuasi ke Bengkulu dan mendapat perawatan seoptimal mungkin. Bahkan, harimau jantan yang diberi nama Rajo itu sempat mendapat perawatan tim kesehatan Taman Safari Indonesia (TSI) tetapi pada akhirnya tidak terselamatkan.
Selama Februari 2012, katanya, menjadi catatan penting sebab empat kasus muncul dalam waktu yang berdekatan dan seekor harimau di Kecamatan Semidang Alas, Kabupaten Seluma mati, serta sudah dikubur oleh warga setempat.
"Kami tidak tahu penyebab kematian, tapi setelah tim melakukan penggalian memang ditemukan sedikit bagian tubuh, sedangkan tulangnya sudah hilang," kata Amon. Bagian tubuh satwa dilindungi itu, katanya, sudah diamankan di Kantor BKSDA, sedangkan petugas kepolisian hutan setempat masih mendalami kasus tersebut.
Tiga kasus lainnya selama Februari 2012, katanya, kemunculan harimau di permukiman warga di Kecamatan Palabai, Kabupaten Lebong. "Setelah kami cek ke lokasi, ternyata masih di dalam kawasan Hutan Lindung Bukit Daun dan sudah berhasil diusir ke dalam hutan," katanya.
Ia mengatakan, harimau juga muncul di Desa Puguk, Kecamatan Kili Suci, Kabupaten Seluma. Harimau itu muncul di dekat kandang sapi milik warga. Ada yang menarik dari kasus itu, katanya, dimana warga secara bersama-sama melakukan pengusiran dengan membunyikan peralatan sederhana hingga harimau kembali ke hutan.
"Metode ini sangat efektif dan kami sudah melakukan penyuluhan kepada warga di setiap wilayah konflik tentang cara sederhana melakukan pengusiran dan tips menghindari serangan harimau," kata Amon. Ia mengatakan, pada Februari 2012 juga ditemukan seekor harimau terkena jerat pemburu di kawasan Hutan Produksi Air Rami Kabupaten Bengkulu Utara.
Evakuasi terhadap harimau betina yang diberi nama Dara itu, katanya, cukup berat sebab medan yang harus ditempuh petugas penuh tantangan. "Saat ditemukan, Dara sudah lemah, kaki depan hampir membusuk sehingga terpaksa diamputasi. Saat ini masih dirawat di kantor kita dan kondisinya cukup stabil," katanya.
Kasus terakhir, katanya, laporan dari warga Desa Alas Bangun, Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara yang resah karena kemunculan harimau di sekitar permukiman mereka. Pihaknya akan menurunkan tim ke lokasi untuk mengetahui kondisi terkini di lapangan.
"Akan diupayakan mengusir ke dalam hutan, tapi kalau tidak memungkinkan terpaksa dievakuasi," katanya.
Amon mengatakan, tingginya konflik harimau menunjukkan masa depan satwa terancam punah itu semakin suram. Ia menjelaskan, perburuan dan perambahan habitat menjadi penyebab utama tingginya konflik sehingga perlu penanganan secepatnya.