Ahad 11 Mar 2012 14:50 WIB

Soal Penanganan Bencana, RI Diminta Berguru dengan Jepang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indonesia yang berisiko tinggi terhadap tsunami harus belajar penanganan bencana dari Jepang khususnya karena negara tersebut dianggap paling siap menghadapi gempa bumi dan tsunami.

"Kita layak belajar dari Jepang. Terlebih lagi Indonesia adalah negara yang berisiko tinggi terhadap tsunami. Lebih dari lima juta jiwa hidup dalam ancaman tsunami," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Ahad (11/3).

Setahun lalu pada 11 Maret, Jepang dilanda gempa bumi 9 SR dengan pusat kedalaman 24,4 km di sebelah pantai timur Sendai. Gempa yang terjadi pada pukul 12.46 WIB atau 14.46 waktu setempat itu menimbulkan gelombang tsunami.

Tinggi gelombang yang mencapai lebih dari 20 meter dan gelombang selanjutnya 40,5 meter menimbulkan dampak 15.769 orang meninggal, 4.227 orang hilang dan 470.000 orang mengungsi. Total kerugian ekonomi akibat tsunami itu mencapai 220 miliar dolar AS setara 3,4 persen dari Gross Domestic Bruto (GDB) Jepang atau setara hampir seperlima GDP Indonesia saat ini.

Karena sudah berpengalaman dilanda tsunami, maka Jepang dengan cepat bangkit kembali. Pemulihan infrastruktur dilakukan secara cepat. Jalan tol di Tohoku Expressway selesai hanya 11 hari seteleh tsunami.

Infrastruktur ini tidak hanya berkontribusi pada transportasi dalam pengiriman barang dan logistik saat darurat, tetapi juga memulihkan ekonomi Jepang. Saat bencana, media massa di negeri Matahari terbit itu menyiarkan berita-berita yang membangkitkan semangat, kebersamaan dan disiplin.

Tidak ada hal-hal yang menyedihkan seperti mayat dan hal-hal yang membuat masyarakat panik, misal terkait PLTN mass media tidak boleh menyiarkan secara ilmiah sehingga masyarakat menjadi panik.

Kesiapsiagaan Jepang menghadapi tsunami sudah dilakukan sejak lama, berbagai upaya struktural dan non struktural telah dilakukan dalam mitigasi bencana.

Pantai Sendai telah dilindungi berbagai bentuk perlindungan tsunami mulai dari breakwater lepas pantai, tanggul, hutan pantai sampai sistem peringatan dini. Di Kota Kamaishi dibangun pemecah gelombang hingga kedalaman 19 meter selama 31 tahun.

Pengurangan risiko bencana dan kesiapsiagaan menjadi program nasional dan dilakukan secara besar-besaran di Jepang. Retrofiting bangunan tahan gempa untuk perumahan mencapai 79 persen, sekolah 73 persen, dan rumah sakit 56 persen dari jumlah nasional.

Sedangkan di Indonesia, menurut Sutopo, sekitar 70 persen sekolah berada di daerah rawan gempa dan belum kuat strukturnya. Gladi gempa dan tsunami dilakukan secara rutin setiap 1 Oktober di setiap kabupaten-kota. Pemda mengalokasikan anggaran rutin untuk pelaksanaan gladi tersebut.

Bangunan umum dan bisnis yang berada di daerah risiko tinggi tsunami didesain tahan gempa dan dapat digunakan sebagai evakuasi vertikal.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement