REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Hujan lebat dan angin kencang mengguyur Riyadh ketika delegasi parlemen G20 mengunjungi Majelis Syuro Arab Saudi pada Sabtu (25/2) malam waktu setempat atau Ahad dini hari WIB. Peserta Pertemuan Konsultasi Kepala Parlemen G20 ke-3 di Riyadh, Arab Saudi, baru saja menyelesaikan sidang hari pertama.
Anggota delegasi melihat langsung Majelis Syuro yang menjadi salah satu bukti nyata perkembangan demokrasi di Arab Saudi. Dalam beberapa tahun terakhir, demokrasi di Arab Saudi terus mengalami pertumbuhan signifikan.
‘’Kami menyadari masih banyak pekerjaan yang mesti dilakukan oleh Majelis Syuro dan anggotanya untuk memenuhi harapan dan aspirasi negara serta rakyatnya,’’ ujar Ketua Majelis Syuro Arab Saudi, HE Dr. Abdullah Al-Sheikh. ‘’Dalam 20 tahun transformasi, Majelis Syuro kini memasuki era baru fase kedewasaan.’’
Abdullah Al-Sheikh menyebut era baru tersebut ditandai dengan perkembangan mekanisme kerja dan peningkatan komunikasi dengan seluruh sektor lapisan masyarakat. Pada 2013 mendatang, kaum perempuan bisa menjadi anggota Majelis Syuro.
Peran wanita dalam Majelis Syuro sebenarnya bukan hal baru. Majelis Syuro selama ini memiliki 12 tenaga wanita yang bekerja sebagai penasehat ahli. Mereka selalu ikut ambil bagian dalam setiap pertemuan Majelis Syuro. Bahkan, mereka mewakili Majelis Syuro Arab Saudi di forum-forum parlemen wanita internasional.
Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Hidayat Nur Wahid, sebelumnya juga mengatakan Arab Saudi mengalami perkembangan signifikan dalam berdemokrasi. ‘’Arab Saudi merupakan negara kerajaan. Tapi, ada perkembangan demokrasi di sana,’’ kata Hidayat.
Hidayat mengatakan praktek bermajelis Arab Saudi pun tidak ribut seperti pasar. Interupsi atau pemungutan suara berjalan tertib dan simpel. Selain kaum wanitanya yang tahun depan bisa menjadi anggota Majelis Syuro, parlemen kota pun kini mulai dipilih langsung. ‘’Dunia Barat bisa melihat kemajuan praktek demokrasi di Arab Saudi,’’ ujar Hidayat.