Jumat 24 Feb 2012 19:28 WIB

Menhut Bilang, Indonesia Hijau 30 Tahun Lagi

Menhut Zulkifli Hasan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Menhut Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, WONOSOBO - Proses Indonesia Hijau ternyata masih membutuhkan waktu yang sangat lama. Saking lamanya, bahkan membutuhkan waktu hingga 30 tahun untuk menghijaukan Indonesia hingga asri.

"Menurut para pengamat, Indonesia akan hijau kembali memerlukan waktu 165 tahun, kalau penanganannya biasa-biasa saja. Tetapi dengan kebersamaan seluruh kalangan masyarakat dalam penghijauan, insya Allah hanya butuh waktu sekitar 30 tahun," tutur Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan di Wonosobo, Jumat (24/2).

Ia mengatakan hal tersebut dalam pencanangan kebun bibit sekolah di SMP Negeri 1 Mojotengah, Kabupaten Wonosobo. Hadir pada kesempatan tersebut, antara lain Bupati Wonosobo, Abdul Kholiq Arif dan Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Mulhim Asyrof.

Menhut mengatajak semua kalangan masyarakat untuk mengembangkan budaya cinta tanah, artinya tidak membiarkan tanah kosong. "Bangsa Indonesia diberi Tuhan tanah yang begitu subur, sepanjang tahun ada sinar matahari, jangan sampai ada tanah kosong yang merana. Kalau ada tanah merana Tuhan marah, waktu musim hujan terjadi banjir dan waktu kemarau terjadi kekering," ujarnya.

Ia mengatakan, walaupun tanah hanya sejengkal harus ditanami, bisa menanam pohon atau sayuran tergantung luasaanya. Bupati Wonosobo, Kholiq Arif mengatakan, Kabupaten Wonosobo merupakan daerah tangkapan air yang menyangga kurang lebih 13 kabupaten/ kota di Jateng yang berada di bawahnya, yakni kabupaten/kota Semarang, Kendal, Batang, Pekalongan, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap, Temanggung, Kebumen, dan Purworejo.

"Kalau Wonosobo baik maka ketersediaan air di daerah tersebut juga akan baik, tetapi kalau Wonosobo rusak maka ancaman bahaya banjir maupun minusnya ketersediaan air bersih di beberapa kabupaten/kota tersebut akan terancam," ujarnya.

Menurut dia, selama ini pemahaman akan pentingnya kelestarian lingkungan masih kurang, hal ini ditandai dengan adanya pengalihan fungsi hutan yang tidak terpola dengan baik serta pola pertanian yang tidak berpihak pada kelestarian alam, akibatnya berbagai kerusakan lingkungan seperti lahan kritis, berkurangnya habitat dan menurunnya debit mata air semakin memprihatinkan.

Ia mengatakan, program kelompok kebun bibit sekolah (KBS) atau gerakan Pramuka go green serta TNI manunggal lingkungan yang dicanangkan dalam kesempatan ini selaras dengan salah satu substansi pilar dalam penyelamatan lingkungan kawasan Dieng.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement