Jumat 24 Feb 2012 13:58 WIB

Dana Kampanye Bermasalah, Politisi 'Preman' Merajalela

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Djibril Muhammad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Dana kampanye politik dinilai bermasalah. Karena tidak dibatasi, sehingga menjadi kabur antara politik uang dan atribut kampanye. Hal ini menjadi penyebab lahirnya politisi preman di Indonesia. "Ini memang menjadi persoalan," kata Peneliti ICW, Adnan Topan Husodo, dalam telekonferensi saat diskusi di DPD RI, Jumat (24/2).

Dana kampanye perlu dibatasi agar tidak jor-joran. Calon legislatif atau calon eksekutif nantinya diharuskan memiliki hubungan emosional dengan konstituen. Hal ini membuat mereka harus berjuang lebih keras. Selain itu, mereka juga harus mampu memberikan pendidikan politik kepada masyarakat.

Sayangnya, jelas Adnan, hal ini tidak berjalan. Rekrutmen di tingkat parpol akhirnya bermasalah. Parpol dikuasai aktor-aktor yang tidak pro demokrasi. Masyarakat akhirnya jenuh dengan politik. Mereka sudah lelah diiming-imingi perubahan yang tidak pernah terwujud. Apa yang dibicarakan di tingkat parpol hanyalah gombal-gombal belaka.

Adnan menjelaskan, tumbuhnya parpol di indonesia tidak disertai dengan terbangunnya aktor demokrasi yangkuat. Yang muncul kemudian adalah oportunis yang menggunakan kendaraan parpol meraih kekuasaan.

Tidak ada figur yang kuat untuk diapresiasi masyarakat. Yang ada hanyalah figur-figur yang tidak berkompeten. Tidak seperti Malaysia yang juga memiliki situasi sama dengan Indonesia dibawah rezim otoriter. Di sana ada harapan, ada alternatif, yaitu Anwar Ibrahim, tokoh parpol pemberi inspirasi. "Kita tidak punya seperti itu," paparnya.

Di Indonesia belum ada satu parpol yang membawa inspirasi besar. Tokoh inspiratif pun belum ada. Yang terjadi sampai detik ini adalah politik kartel, selalu saja melakukan kompromi, transaksi, untuk membagi sumber daya alam yang ada.

Kalau terus seperti ini, yang terjadi 2014 nanti bukan malah ada pembatasan dana politik, dan akuntabilitas yang didorong. Yang akan terjadi adalah mengakses sumber daya ekonomi besar untuk menang dalam pesta politik.

Persaingan uang akan menggurita. Partai A siap sekian triliun. Partai B memiliki uang lebih kecil. Yang terjadi bukanlah perlombaan idealisme, tetapi lomba uang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement