Jumat 24 Feb 2012 05:34 WIB

Sudan Ingin Pelajari Resep Rekonsiliasi ala Indonesia

Hubungan Indonesia-Sudan (ilustrasi)
Hubungan Indonesia-Sudan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Sudan meminta kesediaan Indonesia untuk berbagi pengalaman tentang peristiwa rekonsiliasi dengan Timor Leste mengingat saat ini pihaknya tengah menghadapi peristiwa yang hampir sama menyusul terbentuknya negara Sudan Selatan.

Permintaan itu menurut Staf Khusus Presiden Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Sudan, Ali Ahmed Karti kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Kamis (23/2). 

"Dalam dialog dengan Presiden, disampaikan oleh Menlu Sudan mengenai perkembangan dalam negeri Sudan pascaperpisahannya dengan Sudan Selatan. Tadi mereka meminta kesediaan Indonesia untuk berbagi pengalaman atas rekonsiliasi yang pernah dilakukan ke dalam negeri, dan juga pengalaman kita mengatasi pengalaman sejarah dengan Timor Leste," katanya.

Presiden, kata Faiza, menjelaskan bahwa pada waktu itu kedua pemerintah, Indonesia dan Timor Leste, berkomitmen untuk melakukan rekonsiliasi dan membangun hubungan baik antara kedua negara.

"Jadi, Presiden menekankan bahwa proses perdamaian itu memerlukan kesabaran, memerlukan determinasi, dengan demikian pada waktunya akan tercapai perdamaian antara Sudan dan Sudan Selatan," katanya.

Menurut Faiza, Menlu Sudan dalam kesempatan itu menjelaskan bahwa saat ini Sudan tengah mengalami masa sulit dan perlu melakukan proses rekonsiliasi guna membangun rasa saling percaya antara kedua belah pihak.

Selain ingin belajar dari Indonesia mengenai rekonsiliasi, Menlu Sudan juga menawarkan peningkatan kerja sama ekonomi untuk pembangunan di Sudan. "Disebutkan tentang banyaknya potensi di Sudan," kata Faiza.

Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar 30 menit itu juga membahas perkembangan di kawasan, misalnya, isu Libya dan Suriah yang memiliki imbas terhadap negara-negara di kawasan, termasuk Sudan.

Sementara itu terkait dengan perkembangan internasional, kata Faiza, dibahas mengenai ketegangan yang melibatkan Iran, Amerika Serikat, dan Uni Eropa yang berimbas pada kenaikan harga minyak mentah dunia.

Setelah perang saudara yang berlangsung selama bertahun-tahun, akhirnya pada tanggal 9 Juli 2011 Sudan Selatan resmi berpisah dari Sudan dan memperoleh pengakuan dunia internasional.

Dalam pertemuan tersebut Ali Ahmed didampingi oleh Dubes Republik Sudan untuk RI Ibrahim Bushra M. Ali, Direktur Urusan Asia Kemenlu Republik Sudan Sawsan Abdulmajid, dan Wakil Dubes Republik Sudan untuk RI Salih Mohamed Ahmed.

Sementara itu, Presiden didampingi Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi, Menteri Luar Negei Marty Natalegawa, dan Sekretaris Kabinet Dipo Alam.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement