Kamis 23 Feb 2012 15:00 WIB

Indonesia Serukan Eropa Selamatkan ‘Mbah Demokrasi’

Kerusuhan di Yunani akibat krisis  ekonomi di negeri itu yang berkepanjangan sejak tahun 2008
Foto: thefiscaltimes.com
Kerusuhan di Yunani akibat krisis ekonomi di negeri itu yang berkepanjangan sejak tahun 2008

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Delegasi Indonesia akan memanfaatkan Pertemuan Konsultasi Ketua Parlemen G20 ke-3 di Riyadh, Arab Saudi, 24-26 Februari untuk menyerukan Eropa segera menyelesaikan masalah krisis ekonominya. Terutama Yunani karena kehancuran ekonomi negara itu secara tidak langsung akan berdampak negatif pada nilai-nilai demokrasi.

‘’Indonesia perlu mengingatkan negara-negara Barat melalui parlemennya untuk betul-betul menyelesaikan masalah mereka secara secepatnya. Karena kalau tidak, dampaknya akan menyebar kemana-mana,’’ kata Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Hidayat Nur Wahid, saat persiapan keberangkatan delegasi parlemen Indonesia menghadiri Pertemuan Konsultasi Ketua Parlemen G20 ke-3.

Hidayat secara khusus menyoroti Yunani karena ‘Negeri Dewa Dewa’ ini menjadi salah satu pintu besar pemicu krisis ekonomi Eropa. Selain itu, Yunani identik dengan nilai-nilai demokrasi dan parlemen.

''Dalam hal demokrasi, Yunani itu kan mbahnya demokrasi. Negara Barat perlu memahami betapa pentingnya krisis Yunani harus segera diselesaikan,’’ katanya. ‘’Sebab kalau orang memaknai akhir dari demokrasi adalah kegagalan semacam Yunani ini, lalu orang akan berpikir buat apa demokrasi.’’

Jika krisis ekonomi Eropa tidak segera diselesaikan, ujar Hidayat, orang tidak lagi mengambil demokrasi sebagai alternatif. Mereka akan memilih alternatif berikutnya yakni hegemoni maupun terorisme. Yunani sebagai induk demokrasi pun bisa beralih dari demokrasi menjadi democrazy.

Perdana Menteri Yunani, Lucas Papademos, sebelumnya mengatakan negerinya sudah mulai terpuruk sejak 2008. Saat itu, kekerasan terjadi di jalanan selama berpekan-pekan setelah polisi menembak seorang anak sekolah berusia 15 tahun.

Yunani selama empat tahun terakhir ini mengalami resesi yang mengakibatkan gelombang PHK dan pemotongan gaji karyawan. Utang Yunani menggunung hingga mencapai 800 miliar euro atau setara 1 triliun dolar AS.

Papademos mengakui langkah penghematan memang bukan keputusan yang  mudah. Karena, Yunani membutuhkan dana internasional sebelum 20 Maret untuk memenuhi pembayaran utang sebesar 14,5 miliar euro. Jika tidak begitu, Yunani akan menderita kekacauan ekonomi yang dapat mengguncang wilayah Eropa secara keseluruhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement