REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR, Hidayat Nur Wahid, menilai Amerika Serikat dan negara-negara Eropa telah menghadirkan ketegangan dalam masalah konflik Iran. Delegasi Indonesia lewat Pertemuan Konsultasi Ketua Parlemen G20 ke-3 di Riyadh, Arab Saudi, 24-26 Februari mendatang rencananya akan menyerukan Barat mengambil jalan damai dalam penyelesaian nuklir Iran.
‘’Amerika dan negara-negara Eropa sudah memberikan pernyataan untuk memberikan sanksi pada Iran. Saya kira itu menghadirkan ketegangan,’’ ujar Hidayat saat persiapan keberangkatan delegasi parlemen Indonesia menghadiri Pertemuan Konsultasi Ketua Parlemen G20 ke-3.
Uni Eropa telah mengambil kebijakan melarang impor minyak dari Iran sebagai bentuk sanksi atas program nuklir Iran. Sanksi Uni Eropa terhadap Iran sepenuhnya baru akan diberlakukan pada 1 Juli mendatang. Namun, Iran mendahului pemberlakuan keputusan Uni Eropa tersebut dengan menghentikan ekspor minyaknya ke perusahaan-perusahaan Inggris dan Prancis.
Hidayat menilai sanksi terhadap Iran hanya akan menghasilkan ketegangan demi ketegangan. Jika ketegangan tersebut akhirnya meledak, lalulintas pasokan minyak yang berlalu lalang di Selat Hormuz dipastikan terganggu.
‘’Jadi, melalui forum parlemen G20, Indonesia ingin mengingatkan bahwa budaya berparlemen, budaya berdemokrasi, budaya bermusyawarah, mencari solusi dengan cara elegan itu benar-benar bisa menjadi pilihan,’’ katanya.
Ketua DPR, Marzuki Alie, juga mengungkapkan seruan serupa. ‘’Kasus Iran bisa membuat dunia melarat. Harga minyak tinggi, kemiskinan di mana-mana,’’ tegasnya. ‘’Barat jangan ego, mereka harus juga memikirkan kepentingan dunia.’’
Delegasi parlemen Indonesia akan terbang ke Riyadh pada Kamis (23/2) sore ini dengan menggunakan penerbangan Emirates (EK) 357. Dengan transit di Dubai, rombongan dijadwalkan tiba di Bandara Internasional King Khalid, Riyadh, pada Jumat (24/2) pukul 08.00 waktu setempat.