Kamis 23 Feb 2012 03:02 WIB

Tinggalkan Nuklir, Jepang Justru Beralih ke Gas dan Energi Terbarukan

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Foto: alphabeticinfo.com
Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA---Setelah gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011, Jepang justru memilih untuk meninggalkan energi nuklir. "Jadi, proyek energi nuklir yang baru tidak akan diizinkan, namun proyek lama akan dipakai hingga habis," kata ahli energi dari Jepang, Kenzo Tsutsumi, di hadapan mahasiswa ITS Surabaya.

Dia menjelaskan pemerintah Jepang ke depan akan fokus pada gas dan energi terbarukan. "Energi gas alam itu untuk jangka pendek, sedangkan untuk jangka panjang akan memanfaatkan energi terbarukan. Kami memprioritaskan lima sumber energi terbarukan, yakni surya, angin, biomassa, hidro, dan geothermal," katanya.

Presiden dari Velgia Laboratories itu menegaskan bahwa fokus kepada energi terbarukan itu akan diawali dengan merancang UU yang mewajibkan pembelian lima sumber energi terbarukan hingga 2,5 persen. "Hingga kini, pemanfaatan energi terbarukan masih dua persen, tapi kami menargetkan pada tahun 2030 atau 20 tahun lagi akan bisa meningkat 10 kali lipat menjadi 20 persen," katanya.

Menurut dia, Jepang sendiri sudah memiliki UU Konservasi sejak tahun 1979, sehingga konservasi (penghematan) energi cukup berhasil dilakukan. "Tapi, keberhasilan itu masih sebatas konservasi energi pada kalangan industri, sedangkan penghematan energi untuk skala rumah tangga masih belum sukses, karena itu kami akan segera fokus ke sana bersamaan dengan orientasi energi terbarukan. Bisa jadi, ada insentif energi bagi kalangan rumah tangga," katanya.

Ia menegaskan bahwa keberhasilan dalam konservasi energi itu tidak menurunkan produktivitas. "Terbukti, ekonomi Jepang meningkat 2-5 kali lipat dibandingkan dengan tahun 1979, tapi konsumsi energi relatif tetap," katanya.

Dalam acara yang dibuka PR IV ITS Prof Darminto itu, ahli energi Jepang itu tidak hanya menguraikan pelajaran dari gempa 11 Maret 2011, namun juga mengupas penghematan energi, bisnis penghematan energi, dan teknologi konservasi energi.

"Selama 15 tahun bergerak di bidang jasa layanan konservasi energi mulai dari Esco (1997) hingga Velgia (2007), saya menemukan konservasi energi itu peluang bisnis, karena penghematan energi itu menguntungkan industri dan juga kita sebagai 'dokter' energi," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement