Selasa 21 Feb 2012 14:44 WIB

Kalau Mau Meletus Merapi Memberi Tanda

Rep: yulianingsih/ Red: Taufik Rachman

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Meski aktivitas Gunung Merapi agak mengalami kenaikan sejak dua minggu lalu, namun gunung teraktif di dunia ini dipastikan belum akan meletus dalam waktu dekat.

Kasie Gunung Merapi Badan Penelitian dan Penyelidikan Tehnologi Gunungmerapi (BPPTK) Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBD) Sri Sumarti mengatakan, status aktivitas gunung merapi saat ini masih aktif normal. "Merapi akan memberikan tanda-tanda jika meletus," terangnya saat ditemui di kantor BPPTK Yogya, Selasa (21/2).

Menurutnya, berdasarkan pengamatan seismograf di empat pos di puncak Merapi, gunung tersebut sejak pukul 07.00 WIB, Selasa ini tidak menunjukan adanya kegempaan. "Ini normal. Kemarin ada kegempaan dan tetapi sekarang tidak," tandasnya.

Keempat pos pengamatan di Merapi ini adalah di Pusung London, Plawangan, Deles dan Klatakan. Diakuinya, aktivitas Merapi Selasa ini memang menurun dibandingkan dua pekan lalu. Tetapi hal ini tidak berarti Merapi tidak beraktifitas sama sekali.

"Kita melakukan pantauan intensif 24 jam," tambahnya. Menurutnya Merapi memiliki dua tipe letusan yaitu efosif dan eksplosif. Efosif ini kata dia sering terjadi, yaitu letusan yang disertai pembentukan kubah lava yang kemudian disertai longsoran material dan awan panas.

Sedangkan eksplosif juga pernah terjadi seperti letusan tahun 2010 lalu. Eksplosif merupakan letusan ke atas secara besar. Letusan Merapi menurutnya bervariasi tidak bisa diprediksikan.

Merapi kata dia, pernah beristirahat 18 tahun, 12 tahun bahkan pernah hanya istirahat satu tahun saja. Itu terjadi pada tahun 1997 dan tahun 1998. "Letusan tergantung Merapi, tetapi akan ada tanda-tandanya," jelasnya.

Menurutnya, jika akan meletus Merapi akan melalui empat tahapan yaitu Normal, Waspada, Siaga dan Awas. Saat ini statusnya masih aktif normal. Pihaknya akan menaikkan status aktivitas Merapi bukan hanya tergantung dari peningkatan kegempaan semata tetapi juga peningkatan sudut deformasi serta aspek lainnya.

Kepala BPPTK Yogyakarta, Subandriyo mengatakan, pihaknya memang belum mengetahui pola Merapi setelah letusan besar 2010. "Kita belum punya pengalaman bagaimana pola kegempaan Merapi pasca letusan besar," tandasnya.

Menurutnya, aktivitas Merapi kali ini cenderung mereda bahkan tenang. Meskipun sejak awal Februari lalu aktivitas gunung ini mengalami peningkatan. Bahkan kata dia, "Gejala awal erupsi Merapi itu tidak pernah sama bahkan tipe letusannya juga tidak sama persis," tegasnya.

Berdasarkan data di BPPTK Yogyakarta , aktivitas gunung merapi pada minggu kedua Februari tanggal 6-12 gempa vulkanik dalam mencapai 19 kali, gempa fase banyak mencapai 178 kali, gempa guguran tujuh kali, gempa tektonik 4 kali dan tidak ada low frekuensi sama sekali.

Namun pada minggu ketiga Februari tanggal 13-19 aktivitas gunung Merapi mengalami kenaikan. Hal itu ditunjukan dengan adanya gempa vulkanik dalam yang mencapai 118 kali, gempa fase banyak 235 kali, gempa guguran 22 kali, gempa tektobik 5 kali dengan low frekuensi satu kali.

"Mudah-mudahan hanya akumulasi gas dalam gunung yang bergerak keluar. Setelah keluar sekarang tenang kembali," tandas Subandriyo.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement