REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG - Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Netty Prasetiyani Heryawan menilai, minimnya pemahaman perempuan tentang kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) menjadi salah satu penyebab masih tingginya kasus-kasus KDRT di Jawa Barat.
"Minimnya pemahaman kaum perempuan di Jawa Barat tentang KDRT, membuat kekerasan menjadi sesuatu hal yang biasa. Ini sangat berbahaya karena akan membuat miskin empati dan muncul generasi yang hilang (lost generation)," kata Netty Heryawan dalam siarannya persnya, Ahad (19/2).
Pada pertemuan TP PKK dan Dharma Wanita Persatuan Wilayah I Provinsi Jabar, yang digelar di Pendopo Kabupaten Cianjur tersebut, Netty, kembali menegaskan perlunya semua pihak untuk berperan aktif memberikan pemahaman yang utuh mengenai KDRT.
Karena menurut dia, dengan semakin memahami apa itu KDRT, diharapkan dapat menekan angka KDRT. "Untuk itu, Tim Penggerak PKK Jawa Barat, terus melakukan sosialisasi Anti KDRT agar kaum perempuan memiliki pemahaman yang utuh seputar KDRT sehingga mampu menghindarinya," katanya.
Dikatakannya, untuk menekan bahkan menghapus KDRT, Pemerintah sudah memberikan rambu perundang-undangan. Di antaranya dengan menerapkan Undang-Undang penghapusan KDRT di Indonesia yang telah diatur pada UU No. 23 Tahun 2004.
Sehingga ke depannya, kata Netty, diharapkan angka KDRT dapat ditekan seminimal mungkin. Netty menguraikan KDRT meliputi kekejaman dalam bentuk fisik, psikologis, seksual, pengabaian dan ekonomi.
"KDRT bisa dihindari jika kita memahami dan mengetahui apa itu KDR. KDRT mengakibatkan stres pada istri, dan juga psikosomatis, demikian pula pada anak-anak, konsep diri rendah, depresi, cemas, atau bahkan agresif dan pemarah, trauma dan sulit berkomunikasi," kata Netty menambahkan.