Jumat 17 Feb 2012 09:37 WIB

Gawat, Dahlan Saja tak Yakin Djakarta Lloyd Terselamatkan...

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Djibril Muhammad
Dahlan Iskan/Ilustrasi
Foto: Daan/Republika
Dahlan Iskan/Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Beda rasanya ketika melihat Menteri BUMN Dahlan Iskan berjuang keras menyelamatkan Merpati Nusantara Airlines dari kebangkrutan. Hal ini kelihatannya tak berlaku untuk perusahaan perkapalan nasional Djakarta Lloyd yang tengah terlilit hutang triliunan rupiah.

"Hutang Djakarta Lloyd itu mencapai enam triliun rupiah, lebih baik kita membentuk perusahaan perkapalan baru," kata Dahlan kepada Republika usai rapat kerja di DPR, Kamis (16/2) malam.

Baginya, Djakarta Lloyd membutuhkan jalan keluar terbaik. Misalnya, menjual aset-aset perusahaan yang masih ada dan menggunakan uangnya untuk membayar pesangon yang laik untuk karyawannya.

Perbedaannya dengan Merpati, kata Dahlan, Djakarta Lloyd terlibat dalam sengketa hukum. Dahlan sempat berfikir menjadikan Djakarta Lloyd sebagai anak usaha PLN. Namun, perkara hukum yang ditanggungnya akan memberatkan PLN nantinya. "Seberat-beratnya persoalan Merpati, dia tak terlibat sengketa hukum," ujar Dahlan.

Selama tiga tahun terakhir beroperasi, Djakarta Lloyd selalu mengalami kerugian. Sejak 2006 hingga 2010, perusahaan plat merah ini merugi Rp 1,1 triliun. Utang perusahaan terus bertambah hingga Rp 1,7 triliun. Jika digabungkan dengan penambahan utang subsidiary loan agreement (SLA), maka utangnya mencapai Rp 3,58 triliun. Itu jumlah utang yang tercatat saja. Jika digabung dengan yang tak tercatat, kata Dahlan, dapat mencapai Rp enam triliun.

Semua kreditur utama yang membatasi kegiatan usaha Djakarta Lloyd sudah mengajukan tuntutan pailit. Hal itu sudah sampai pada tingkatan kasasi sejak awal Februari 2012. Bahkan, sampai sekarang belum ada keputusan jelas mengenai hal itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement