Rabu 15 Feb 2012 20:58 WIB

Abraham Samad: Benarkah Ada Perpecahan di Tubuh KPK? (4)

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Heri Ruslan
Abraham Samad
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Abraham Samad

REPUBLIKA.CO.ID, Anda pernah bilang akan mundur jika dalam waktu satu tahun tidak berhasil me nangani kasus-kasus besar. Apakah dengan mengeluarkan kebijakan menetapkan tersangka kepada mereka berdua, Anda sudah menganggap itu bagian dari keberhasilan?

Pekerjaan rumah kita masih banyak. Jadi, saya tidak ingin terjebak dalam satu tahun itu. Jadi, saya ingin bekerja maksimal dan harus tuntaskan.

Anda dianggap mencari masalah, mengusik ketenangan kekuasaan dengan penetap an Angelina Sondakh sebagai tersangka?

Apakah Anda siap dengan segala risikonya? Saya berjalan pada koridor hukum yang ada dan selalu berkeyakinan bahwa segala sesuatu di dunia ini ada peran Allah SWT. Jika tidak berdasarkan itu, mungkin saya tidak kuat menghadapi ini. Tapi, segala sesuatunya saya serahkan kepada Allah SWT karena saya terpilih pun atas kehendak Allah. Kalau saya hanya memikirkan kekuasaan duniawi maka saya down dan takut dalam membuat kebijakan ini.

Sejak di KPK, apakah pernah mendapat ancaman terkait kebijakan-kebijakan Anda?

Kalau itu, sejak terpilih, ancaman sudah ada. Saya di-SMS, Jakarta itu tidak seperti Makassar atau Jakarta itu lebih mematikan. Sejak terpilih sampai seka rang, SMS itu masih ada dan nadanya masih mengancam.

Terkait dengan kepemimpinan, Anda tergolong muda dan tidak berasal dari birokrat dan penegak hukum sebelumnya. Bagaimana cara Anda memimpin KPK?

Pertama, itu menjadi sesuatu yang sa ngat sulit. Di antara pimpinan, saya yang paling muda dan pengalaman kurang dari mereka. Belum lagi di tingkat pegawai. Itu sesuatu yang tidak mudah bagi saya. Tentu ada orang yang tidak ikhlas kita pimpin dengan usia muda kita dan meng anggap saya tidak punya pengalaman.

Bagaimana cara mengatasinya?

Kita koordinasi dan konsolidasi terus. Mudah-mudahan itu berhasil meskipun saya tidak menjamin 100 persen orangorang di KPK menerima dipimpin saya.

Dalam menetapkan tersangka, Anda selalu memberi isyarat kepada media. Apa maksudnya? Apakah itu bagian dari strategi Anda untuk membuat jajaran KPK bekerja?

Itu cuma gaya kepemimpinan. Saya pikir begini, mungkin gaya saya dianggap aneh sama teman-teman media. Karena, saya bukan seorang birokrat. Karena, menurut saya, menetapkan seorang tersangka adalah biasa saja. Kedua, upaya saya supaya mendorong jajaran KPK be kerja secara maksimal dan profesional. Jangan lamban. Tapi, harus sesuai dengan hukum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement