Jumat 10 Feb 2012 19:56 WIB

Salahkan Cuaca, SBY Dinilai Lepas Tangan

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Hafidz Muftisany
Panen padi
Foto: Panca/Republika
Panen padi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Perubahan iklim menjadi salah satu alasan terhambatnya ketahanan pangan. Demikian dikatakan presiden Susilo Bambang Yudoyono di acara Jakarta Food Security Summit 2012 beberapa hari lalu. Namun, menurut koordinator pokja ikan Aliansi Desa Sejahtera (ADS), M Riza Damanik menilai ungkapan SBY sebagai bentuk lepas tangan terhadap krisis pangan yang terjadi di Indonesia.

Riza menggungkapkan, masalah perubahan iklim sudah jauh-jauh hari diwacanakan oleh badan organisasi pangan dunia (FAO) sejak tahun 2007. ”Justru presiden SBY menutupi kegagalannya dengan mengatakan ini fenomena global,” ujar dia kepada Republika, Jumat (10/2).

 

Menurut Riza, pemerintah harus melakukan sesuatu dengan  adanya perubahan iklim. Cuaca ektrem kerap kali membuat para nelayan tidak melaut. Pada tahun 2011 sekitar 473 ribu nelayan tidak melaut pada bulan Januari hingga Maret. Muenurut Riza, pemerintah seharusnya bisa memperbesar kapasitas nelayan agar beradaptasi terhadap perubahan iklim. “Karena seperti ini (cuaca ektrem) sudah terjadi selama bertahun-tahun,” ujar dia.

Riza juga mengungkapkan, pemerintah harus memberikan ruang lebih untuk kegiatan yang mendukung sektor pangan. Menurut dia, dari tahun ke tahun, kini lahan untuk pangan semakin terdesak. Riza juga menginginkan agar pemerintah menggandeng patani kecil untuk berperan aktif dalam ketahanan pangan.

 “Kenapa nggak dibalik bahwa produsen petani kecil itu juga bisa diindustrialisasi,” ujar Riza. Menurut Riza, jika petani kecil mendapatkan fasilitas skil tambahan, jaringan seperti di Thailand maka bisa juga menumbuhkan industri yang mendukung ketahanan pangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement