REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – "Kalau dunia mau aman, maka pindahkan zionisme ke planet lain". Demikian kata-kata yang diucapkan Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif.
Kata-kata itu diucapkannya ketika berpidato dalam peluncuran buku ‘Gilad Atzmon: Catatan Kritikal tentang Palestina dan Masa Depan Zionisme’, di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Senin (6/2) malam.
Kata-kata itu didapati Buya, sapaan akrab Syafii Maarif, setelah berkenalan dengan Gilad Atzmon melalui pesan elektronik atau email. Gilad Atzmon adalah bekas serdadu angkatan udara Israel.
Dalam perkenalan itu, Buya terinspirasi oleh perjuangan Gilad yang juga keturunan petinggi militer Israel. Gilad, kata Buya, saat ini telah keluar dari 'kegelapan', yakni menjajah rakyat Palestina. "Ia (Gilad) memilih untuk hijrah ke London dan mengkampanyekan kekerasan yang dilakukan zionis kepada dunia," kata Buya.
Dalam perjalanannya itu, jelas Buya, Gilad menolak pemersatuan dua negara, antara Palestina dengan Israel. Sebab, kata dia, konsep tersebut tidak akan membawa dampak perdamaian bagi bangsa Palestina.
Selain itu, sambung Buya, Gilad juga memberi gambaran bahwa zionis itu berbeda dengan Yahudi. “Karena itu, paham anti-semitisme bukan berarti Yahudi,” kata Buya.
Menurut budayawan Indonesia, Franz Magnis Suseno, apa yang tertulis dalam buku Gilad Atzmon karya Ahmad Syafii Maarif itu dapat memberikan sumbangan pemikiran baru bagi dunia. Sebab, kata dia, selama ini kita mengetahui dan mempersamakan zionis dengan Yahudi.
Frans juga sependapat jika konsep dua negara tidaklah akan membawa perubahan dan perdamaian.
"Israel tak pernah menunjukkan keseriusannya untuk menghentikan penjajahannya. Walaupun sudah banyak perjanjian damai dan juga resolusi dari PBB, namun Israel selalu mengindahkannya,” ungkap Frans.