REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di luar kesibukannya memimpin Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD senantiasa mengisi waktu luangnya dengan menjadi dosen pascasarjana di beberapa kampus. Karena itu, tidak jarang waktunya habis tersita untuk membimbing tesis dan disertasi mahasiswanya.
Di luar itu, jika tidak ada agenda pada akhir pekan, Mahfud memilih menghabiskan waktunya bersama keluarga di Yogyakarta. "Saya juga berceramah di berbagai pesantren maupun menjadi pembicara di banyak seminar di sela jadwal kegiatan sidang," ujar Mahfud.
Mahfud mengaku, perjalanan kariernya lebih karena jasa dan peran almarhum Gus Dur alias Abdurrahman Wahid. Diceritakannya, ketika penyusunan Kabinet Persatuan Nasional, Gus Dur meneleponnya untuk meminta kesediaannya sebagai Menteri Pertahanan. Sayangnya, dalam percakapan via telepon tersebut dia mendengar ditawari Menteri Pertanahan.
Ketika bertatap muka dengan Gus Dur, Mahfud meminta klarifikasi sebab Menteri Pertahanan sejak lama sudah dibubarkan. Seketika itu pula Mahfud sadar kalau yang diamanahkan presiden keempat tersebut adalah posisi Menteri Pertahanan.
"Beberapa hari sejak saya menjabat, kritikan bertubi datang ke saya dan pertimbangan untuk mundur muncul dalam benak. Namun, entah mengapa, Gus Dur telepon saya dan meminta saya mengurungkan niat mundur," beber Mahfud yang hingga kini tidak tahu mengapa Gus Dur bisa tahu apa yang dipikirkannya.
Karena itu, dalam peringatan wafatnya Gus Dur pada awal Januari lalu, di kediamannya Mahfud menggelar acara 'Humor-Humor Gus Dur'. Menurut Mahfud, peringatan haul digelar untuk mengenang sosok kepemimpinan Gus Dur yang identik dengan humor.
Pasalnya dalam humor Gus Dur, kata dia, banyak mengandung hikmah dan pesan mendalam untuk mengingatkan seseorang menyadari kesalahannya. "Gus Dur orang yang saya hormati dan berjasa besar bagi perjalanan karier saya," katanya.