Jumat 03 Feb 2012 21:54 WIB

Meski Sangat Dibutuhkan, Profesi Bidan Kurang Diminati

Rep: Rosita Budi Suryaningsih/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Bidan tengah menjalani pelatihan
Foto: healthmarketinnovations.org
Bidan tengah menjalani pelatihan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Hingga saat ini, Akademi Kebidanan belum menjadi pilihan sekolah lanjutan yang populer di Indonesia. Bidan pun jauh dari profesi favorit yang diminati generasi muda Indonesia.

Namun, kenyataannya, bidan merupakan tenaga medis yang banyak dibutuhkan masyarakat. Berdasarkan data Demographic health Survey tahun 2007 (DHS 2007), sekitar 69 persen persalinan dan 29 persen pelayanan kontrasepsi modern dilakukan oleh bidan.

Menurut Ketua Ketua Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia (IBI), Harni koesno, peminat profesi kebidanan masih minim. Untuk menjadi seorang bidan, seorang mahasiswi harus menempuh jalur pendidikan diploma 3 tahun (D3).

Jumlah bidan yang tercatat sebagai anggota IBI tergolong sedikit bila dibanding jumlah ibu hamil yang harus mendapat penanganan, yakni hanya 115 ribu bidan. Sebanyak 35 ribu diantaranya  merupakan Bidan Praktek Swasta dan 75 ribu anggota praktek di instansi pemerintahan.

Padahal, ketersediaan SDM bidan yang berkualitas dan profesional menjadi penting dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Di Indonesia lebih dari 17 persen kelahiran tidak ditolong tenaga kesehatan terlatih, dan hanya 50 persen persalinan terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement