Kamis 02 Feb 2012 11:33 WIB

JK: Kenaikan Upah Buruh Hal yang Sederhana

Rep: Ditto Pappilanda / Red: Djibril Muhammad
Mantan Wakil Presiden dan Ketua PMI, Jusuf Kalla.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Mantan Wakil Presiden dan Ketua PMI, Jusuf Kalla.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Bagi mantan wapres Jusuf Kalla persoalan menaikkan upah buruh adalah hal yang sederhana. Diakuinya, upah buruh selalu ditekan, karena kenaikkan yang selalu dialami komponen indutri seperti tarif dasar listrik, biaya logistik, dan bunga serta birokrasi.

Karena itu, untuk menaikkan upah buruh, JK -- sapaan akrabnya -- menekankan agar pemerintah meningkatkan efisiensi industri sehingga komponen yang selalu menekan upah buruh dapat diturunkan.

"Perbaiki empat hal, bunga harus turun, logistik dan infrastruktur harus diperbaiki, energi dan birokrasi juga harus diperbaiki. Itu saja, enggak usah macam-macam," tegas JK usah menjadi pembicara kunci di Seminar Economic and Market Outlook 2012 yang diselenggarakan Indonesia Finance Today di Jakarta, Kamis (2/1).

Karena itu JK tidak melihat tuntutan buruh untuk kenaikkan upah sebagai hal yang membahayakan pengusaha. "Yang berbahaya itu justru logistik, bunga. Kalau ini bisa diefisienkan, upah buruh bisa naik," tuturnya.

Ditekankan dia bahwa sebagai masyarakat maupun pengusaha, dirinya ingin upah buruh dinaikkan. Dan jangan lupa, buruh kalau haknya ditekan rendah, daya belinya juga rendah. "Ini bahaya juga untuk ekonomi bangsa," ujar JK.

JK mengkritik lamanya kajian yang tanpa hasil terus dilakukan pemerintah, seperti kajian kenaikkan tarif dasar listrik maupun pembatasan BBM bersubsidi. "Pengajiannya Jumat saja, sisanya bekerja. Kalau terus mengkaji, tidak produktiflah," sindirnya.

Krisis utang di Eropa dan finansial di Amerika Serikat diyakini JK telah berdampak pada perekonomian Indonesia. Hal ini diperlihatkan JK melalui berita utama yang diangkat berbagai media massa, Kamis ini, soal penurunan nilai ekspor Indonesia. Tetapi JK, yang juga pengusaha besar asal Makassar, melihat krisis Eropa dan AS justru sebagai peluang.

"Ekonomi kita di krisis ini harusnya lebih baik. Waktunya sekarang Anda investasi karena harga semua murah, tingkatkan investasi untuk dua tiga tahun lagi. Saatnya berebut impor," saran JK. Diingatkannya agar pengusaha tidak menangisi krisis, tapi membalikan krisis dengan tindakan yang optimis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement