Senin 23 Jan 2012 10:39 WIB

BNN: Narkotika Lebih Sadis dari Terorisme

Rep: Erdy Nasrul / Red: Taufik Rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kecelakaan dengan tersangka Afriani Susanti (29), sopir Daihatsu Xenia B 2479 XI yang menabrak hingga tewas 9 orang di Jalan Ridwan Rais, Gambir, Jakarta Pusat, Ahad (22/1), adalah bukti betapa berbahayanya peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba. Tersangka diduga mengkonsumsi sabu sebelum menyetir, berdasarkan hasil tes urin yang dilakukan pihak Polda Metro Jaya.

"Ketika sabu disalahgunakan maka semangat meninggi. Orang akhirnya selalu menginginkan tantangan. Tidak menutup kemungkinan akhirnya lepas kontrol," jelas Kepala Satgas Operasi BNN, Brigjen Benny Mamoto, saat dihubungi, Senin (23/1).

Dia mengatakan kecelakaan itu adalah salah satu bagian dari dampak negatif penyalahgunaan narkoba. Tentunya harus direnungkan bahwa kejahatan ini tidak dapat dibiarkan. Insiden itu semakin menyadarkan bahaya penyalahgunaan narkoba.

Benny menilai kejahatan narkoba lebih sadis dari terorisme. Kejahatan terorisme menewaskan orang, tetapi narkoba membuat ketergantungan, merusak saraf, sehingga seseorang tidak lagi bermanfaat dalam hidup. Yang diincar narkoba adalah generasi. "Yang dirusak adalah masa depan bangsa, karena itu jauh lebih jahat," paparnya.

Pihaknya menghimbau siapapun untuk bersikap ketika mengetahui adanya penyalahgunaan narkoba. Terlebih lagi jika ada peredaran gelap yang melibatkan kurir, tentu harus dilaporkan agar ada penindakan. "Undang-Undang kita nomor 35/2009 jelas mengatur penyalahguna yaitu pecandu harus direhabilitasi. Sedangkan pengedar maksimal dihukum mati," paparnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement