REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Anggota Komisi VI DPR RI Sohibul Iman menyatakan apresiasinya terhadap hadirnya beberapa mobil nasional yang merupakan buatan anak bangsa.
“Kami bangga dengan diproduksinya mobil-mobil nasional seperti Komodo kreasi PT.Fin Tetra, GEA (Gulirkan Energi Alternatif) dan kancil buatan PT.INKA, Tawon buatan PT.Super Gasindo Jaya, Marlip buatan peneliti LIPI, Arina buatan Universitas Negeri Semarang dan esemka buatan siswa SMK Solo”, ungkap Iman dalam rilis yang diterima Republika, Kamis (12/1).
Mobil Komodo merupakan kendaraan utility yang memiliki fitur self recovery, mampu mengangkut beban hingga 200 kg, berkapasitas 180cc mengunakan suspense double wishbone dengan per keong bersistem independen baik di belakang maupun di depan.
Sedangkan mobil Tawon, diproduksi oleh PT.Super Gasindo Jaya . Semua onderdil dan manufakturnya dari Indonesia sedangkan mesinnya didatangkan dari China. Mobil ini tersedia dalam dua varian yakni Minibus dan bestel wagon, dengan bahan bakar gas, bio ethanol dan bensin.
Mobil Esemka merupakan mobil jenis Sport Utility vehicle (SUV) yang berkapasitas tujuh penumpang dengan menggunakan mesin 1.500 cc DOHC berteknologi fuel injection. Untuk membuat 1 unit mobil esemka diperlukan waktu 4 bulan, karena menggunakan alat manual. Prototipe mobil nasional ini adalah kombinasi dari Honda CRV dan Mercedes benz ML Class.
Iman mengatakan pemerintah harus mendukung produksi mobil nasional dengan memberi kemudahan pinjaman modal seperti bunga yang rendah, memudahkan perizinan, membantu promosi, pembebasan biaya uji kelayakan kendaraan, pengurangan biaya pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor, termasuk dukungan infrastruktur , serta ketersediaan suku cadang.
Menurut politisi PKS ini, bentuk dukungan lain adalah dari dunia usaha dan perbankan berupa transfer teknologi, strategi pemasaran dan fasilitas kredit lunak.
Legislator dari Dapil Jakarta Pusat, Jakarta Selatan dan Luar Negeri ini mengatakan bahwa kehadiran mobil nasional merupakan tantangan bagi Indonesia, mengingat Indonesia memiliki potensi pasar yang besar.
Lebih lanjut Iman mengatakan, kita juga harus mempertimbangkan aspek kelayakan secara ekonomi dan daya saing di pasar. Untuk bisa diterima pasar, produsen mobnas perlu memikirkan kualitas kendaraan yang dibuat, apakah layak jalan, garansi, suku cadang, dan kemampuan memenuhi permintaan pasar.
Semua tuntutan persyaratan kelayakan pasar dan daya saing, kata Iman, tentu saja tidak bisa dicapai sejak awal, karena msh rintisan. Semakin terus diproduksi maka segala persyaratan itu akan semakin terpenuhi.
“Untuk itulah pemerintah harus membantu bagaimana produsen mobnas ini memiliki captive market dan harus mempelopori sebagai pihak pertama yg menggunakan mobnas ini. Selanjutnya juga memberi insentif kepada msyarakat yang mau memakai mobnas”, tutup Iman.