REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyelundupan narkoba trans internasional ke Jakarta dan kota lain di sekitarnya kembali massif. Para pelaku memanfaatkan 'celah' pengawasan petugas keamanan di pelabuhan untuk memasukkan berbagai jenis narkoba.
Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Nugroho Aji Wijayanto, mengatakan berdasarkan pengungkapan yang dilakukan aparat Polda Metro Jaya, polisi memetakan dua cara yang kini populer digunakan. "Melalui jalur udara serta jalur laut," ujarnya kepada wartawan, Rabu (4/12).
Menurutnya, penyelundupan sabu-sabu—yang 90 persen berasal dari Iran—ke Indonesia dilakukan melalui Malaysia. Dari Malaysia, narkoba ini masuk ke Indonesia dengan kapal motor kecil ke Aceh, Medan, Tanjungpinang, Lampung serta daerah lain.
Nugroho menampik jika penyelundupan ini memanfaatkan lemahnya celah pengawasan masuknya barang ilegal di pelabuhan. "Para pelaku memang menghindari pengawasan dengan menggunakan kapal motor kecil agar tak melalui pemeriksaan," kata dia.
Sementara, penyelundupan pil ekstasi—yang 90 persennya berasal dari Belanda—ke Indonesia dilakukan melalui Thailand. Dari negeri 'Gajah Putih' tersebut, barang haram ini dimasukkan dengan cara dipaketkan langsung melalui jasa ekspedisi ke sejumlah kota di tanah air.
Nugroho mengatakan, dalam peredaran narkoba trans internasional ini, umumnya pelaku merupakan jaringan lama. Selain sudah berpengalaman dengan sistem pengawasan di Indonesia, jaringan lama ini masih memiliki hubungan dengan pemasok di luar negeri.
Ia mencontohkan Obina, warga negara Nigeria yang menjadi otak jaringan penyelundupan narkoba internasional dari dalam LP Nusakambangan. Yang bersangkutan merupakan narapidana seumur hidup yang pernah ditangkap karena kasus narkoba di LP Cipinang.
Ia juga mengamini jika jaringan internasional banyak melirik pasar narkoba di Indonesia. Karena bisnis narkoba di Indonesia tak ubahnya bisnis uang besar sekaligus menjanjikan keuntungan yang tak sedikit.