REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan menteri perdagangan era Presiden mediang Abdurrahma Wahid alias Gus Dur, Luhut Panjaitan mengatakan, kalau Gus Dur sosok yang humoris. Setiap candaannya mengandung makna dalam dan penuh pesan yang sukar dimengerti orang lain.
Dia berkisah, ketika terpilih menjadi duta besar Singapura setelah ditunjuk presiden BJ Habibie, dia dilarang Gus Dur untuk menjalankan tugasnya. Alasannya, Gus Dur mengaku beberapa bulan lagi bakal terpilih jadi presiden. Untuk meyakinkan kalau dia tidak sedang berbohong, kata Luhut, Gus Dur menegaskan kalau bohong puasanya bisa batal.
"Saya langsung kaget dan tidak mengira kalau Gus Dur bisa ngomong seperti itu. Tapi, hal itu menjadi kenyataan," kata Luhut di acara Mengenang Dua Tahun Wafatnya Gus Dur di rumah dinas Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD di kompleks Widya Candra, Senin (2/1).
Hadir dalam acara itu Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siradj, mantan ketua PBNU Hasyim Muzadi, mantan ketua umum Partai Golkar Akbar Tanjung, Wakil Ketua MPR Lukman Hakim Saifudin, mantan menteri perdagangan Luhut Panjaitan, mantan Menteri Otonomi Daerah Ryaas Rasyid, serta para politisi dan pejabat negara era Presiden Gus Dur.
Kekagetannya semakin memuncak saat sudah menjalankan tugas sebagai duta besar Singapura. Untuk menenangkan warga keturunan yang banyak eksodus ke Singapura akibat kerusuhan 1998, kata Luhut, pihaknya meminta Gus Dur berpidato di kantornya. Tujuannya agar ekonomi pemerintah bisa stabil akibat para keturunan itu memiliki kekayaan banyak dan kalau bisa dibujuk pulang membawa keuntungan bagi perekonomian bangsa Indonesia.
Yang membuatnya khawatir, aku Luhut, di depan hadirin Gus Dur berkisah kalau dirinya terlalu berkualitas jadi duta besar Singapura, karena itu harus balik ke Indonesia. "Saya akhirnya menjabat menteri perdagangan."
Saat menjabat menteri perdagangan, imbuh Luhut, dia diminta menyetujui perdagangan Indonesia dengan Israel. Karena isu hubungan kedua negara itu sensitif, pihaknya meminta konsultasi kepada Gus Dur.
Akhirnya diteken persetujuan itu sebab godaan dan bujukan dari pedagang Israel luar biasa besar. Alasan Gus Dur, kisah Luhut, "Lha negara Arab saja mau berdagang dengan Israel, mengapa Indonesia musuhan? Baru sehari disetujui, besok sudah habis babak belur," ujarnya sembari tertawa.