REPUBLIKA.CO.ID, SAMPANG-- Penjarahan harta benda pengikut kelompok Islam Syiah, korban pertikaian dengan kelompok Islam Sunni, di Sampang, Madura, hingga saat ini masih berlanjut. Konflik yang sebenarnya tak ada hubungannya dengan agama ini makin memanas.
"Kali ini yang menjadi sasaran penjarahan, hewan ternak yang masih kami tinggal di rumah," kata seorang pengikut Syiah, Hubaidi, di Sampang, Ahad. Pengikut kelompok Islam Syiah yang sebelumnya tinggal di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Sampang itu mengaku, beberapa ekor ayam miliknya sudah habis dijarah massa.
Penjarahan di rumah Hubaidi setelah aksi serupa di rumah pengikut Syiah Ulul Albab, pada Jumat (30/12). Saat itu, harta benda milik Ulul Albab berupa sepeda motor, STNK, SIM, dan semua isi tokonya habis dijarah massa yang dicurigai dilakukan oleh kelompok pelaku pembakaran madrasah, mushalla dan rumah pimpinan Islam Syiah, yakni kelompok Islam Sunni.
Ia mengaku bersama 351 pengikut Syiah lainnya bersedia dievakuasi petugas karena sebelumnya petugas menjamin keamanan harta benda mereka yang masih tertinggal seperti rumah, ternak, dan berbagai harta lainnya. Penasihat kelompok Islam Syiah Iklil Almilal sempat mempertanyakan keseriusan petugas Polres Sampang dalam melakukan pengamanan, sebab penjarahan harta benda pengikutnya bukan hanya sekali terjadi.
Konflik bernuansa SARA antara kelompok Islam Sunni dengan Syiah di Sampang itu telah menyebabkan ratusan keluarga terlantar. Mereka terpaksa tinggal di lokasi penampungan. Sebanyak 270 dari total 351 orang lebih anggota kelompok Islam Syiah dievakuasi ke GOR Wijata Kusuma, di depan Kantor Bupati Sampang.
Konflik tersebut sudah terjadi sejak 2006, namun hingga saat ini belum bisa diredam. Padahal awal konflik terkait soal ekonomi yang merembet ke SARA sehingga terjadi aksi anarkis berupa pembakaran madrasah, mushalla dan rumah pimpinan Syiah, serta pondok tempat tinggal santri.