REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua DPP Partai Hanura Yuddy Chrisnandi mengharapkan, pemerintah tidak memandang aksi seorang yang membakar diri di depan Istana Negara sebagai hal yang remeh. "Pemerintah, khususnya Presiden jangan memandang remeh peristiwa ini. Itu cara rakyat melontarkan kritik yang keras," katanya dalam keterangan pers di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan, aksi bakar diri di depan Istana Negara sebagai refleksi frustrasi rakyat terhadap penyelenggaraan pemerintahan yang dinilai tidak membawa perubahan berarti bagi kehidupan rakyat. "Aksi itu juga menunjukkan kekesalan orang kecil kepada aparat negara yang dianggap tidak berpihak pada penderitaan rakyat dan Kepala Negara dianggap menjadi representasi itu," katanya.
Dalam keyakinan kalangan tertentu, kata dia, membakar diri adalah peristiwa sakramen atau lazim disebut sacrifice yang berarti sebuah pengorbanan tertinggi menyerahkan nyawa sebagai tumbal terjadinya perubahan yang lebih baik untuk menyelamatkan orang banyak. "Walaupun hanya dilakukan satu orang, aksi membakar diri di depan Istana Negara mengundang simpati khalayak luas dan menumbuhkan solidaritas yang dapat kian membesar," katanya.
Oleh karena itu, kata mantan anggota Komisi I DPR RI itu, pemerintah, khususnya Presiden, tidak boleh memandang remeh peristiwa itu.
Sebelumnya, seorang pria yang tidak dikenal membakar diri di depan Istana Merdeka sekitar Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (7/12) sekitar pukul 17.30 WIB.
Saat ini, korban masih menjalani perawatan intensif dengan kondisi luka serius pada sekujur tubuhnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Tindakan bakar diri tersebut, mengundang solidaritas dari kelompok mahasiswa dengan menggelar aksi di depan RSCM, Jakarta Pusat.
Sejumlah mahasiswa dari Universitas Bung Karno (UBK), Universitas Satya Negara Indonesia, Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan Universitas Islam Jakarta (UIJ) menggelar aksi pada Rabu pukul 22.00 WIB. Para mahasiswa yang menggelar aksi solidaritas menyatakan keprihatinannya terhadap tindakan bakar diri tersebut dan menduga terkait dengan kondisi ekonomi korban.
Sementara itu, Kepolisian Resor Metropolitan (Polrestro) Jakarta Pusat menduga aksi seorang pria yang membakar diri di depan Istana Presiden, tidak terkait dengan unjuk rasa. "Aksi bakar diri tidak ada hubungannya dengan unjuk rasa, karena massa pengunjuk rasa sudah membubarkan diri," kata Kepala Polrestro Jakarta Pusat, Komisaris Besar Polisi AR Yoyol.
Hal itu karena peristiwa pria yang membakar diri terjadi sekitar pukul 17.30 WIB, sedangkan massa yang berunjuk rasa membubarkan diri pada pukul 16.00 WIB.