REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Penasihat Panitia Pernikahan Ibas-Aliya yang juga Sekretaris Kabinet Dipo Alam memastikan bahwa biaya pernikahan putera bungsu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan puteri Menteri Perekonomian Hatta Rajasa berasal dari keluarga dan tidak menggunakan uang negara.
"Tidak benar juga biaya pernikahan itu mencapai Rp12 miliar atau Rp20 miliar seperti yang didesas-desuskan di media dan Internet," katanya di Jakarta, Jumat (25/11), menepis kabar bahwa pernikahan Edhie Baskoro Yudhoyono dengan Siti Rubi Aliya Rajasa sangat mewah dengan menghabisan biaya belasan miliar.
Dipo Alam mengatakan sebagai seorang presiden, SBY berhak menikahkan puteranya di Istana Cipanas sebagaimana dulu menyelenggarakan akad nikah putra sulung Agus Harimurti Yudhoyono dengan artis Annisa Pohan digelar di Istana Bogor, Jawa Barat. Baru kemudian resepsi perkawinannya digelar di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (26/11).
Presiden Yudhoyono, katanya, bahkan tetap menggelar rapat kabinet terbatas di sela-sela kesibukannya menikahkan puteranya di Istana Cipanas. Saat akad nikah berlangsung Kamis, tidak semua menteri kabinet hadir karena dilakukan pengaturan ada menteri yang datang pada akad nikah dan ada menteri yang hadir pada resepsi pernikahan di JCC.
"Ini supaya pemerintahan dan pekerjaan para menteri tetap berjalan, bahkan yang datang ke Cipanas pun setelah akad nikah jam 12.00 sudah bisa bekerja kembali," katanya.
Presiden Yudhoyono sendiri yang baru tiba dari kunjungan ke Honolulu, KTT ASEAN di Bali, tidak ada istirahatnya terus bekerja untuk negara.
SBY yang tengah melaksanakan kewajibannya sebagai orangtua menikahkan anaknya pun tetap menjalankan tugasnya dengan berkoordinasi dan menggelar rapat dengan para menteri dan pejabat lainnya. "Tidak benar kalau ada yang bilang semua menteri bolos," tegas Dipo.
Bukan Pejabat Negara
Mengenai informasi ada mobil-mobil mewah seperti Mercedes Benz, Lexus, BMW seri 7, Porsche dan Bentley ke Istana Cipanas, Dipo memastikan pasti itu bukan mobil-mobil menteri atau pejabat negara lainnya. "Mungkin itu mobil undangan lainnya, bukan dari pejabat negara," tepisnya.
Resepsi akad nikahnya sendiri tidak semewah yang digembar-gemborkan, baik dari upacaranya maupun makanan yang disajikan kepada tamu undangan.
"Memang ada tari-tarian, tapi itu kan adat pernikahan Palembang. Yang menarinya juga Aliya, pengantin sendiri, beserta sanak keluarganya. Kain-kain songket dipakai, itu juga karena ibu Okke Hatta Rajasa adalah Ketua Cita Tenun Indonesia (CTI) Pusat," katanya.
Semua itu, menurut Dipo adalah wajar-wajar saja, karena sahibul hajat sekaligus juga ingin menunjukkan kepada tamu undangan yang dihadiri para Duta Besar negara sahabat dan Dirjen UNESCO Irina Bokova.
"Upacara perkawinan adat dan tari-tarian itu untuk membuktikan bahwa agama dan seni budaya di Indonesia bisa hidup sejalan berdampingan. Terlebih kita ingin agar budaya Indonesia seperti angklung, wayang, tari-tarian bisa diakui dunia lewat pengakuan UNESCO," kata Dipo.
Mengenai undangan resepsi pernikahan di JCC yang mencapai jumlah ribuan, Dipo mengatakan serba salah. "Kalau Presiden tidak mengundang, dibilang sombong. Kalau mengundang, jadi memang banyak undangannya dibilang mewah-mewah. Saya kira undangan yang disebar adalah wajar dan tidak berlebihan," demikian Penasihat Panitia Pernikahan Ibas-Aliya Dipo Alam.