Senin 21 Nov 2011 06:00 WIB

Obama Pulang ke AS, Tapi Amerika 'Tinggal' di Asia Pasifik

Barack Obama
Foto: telegraph.co.uk
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA-- Dalam sepekan perjalanannya di Pasifik, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengesalkan China. Ia mengirim pesan ke Asia bahwa AS ingin membentuk masa depan kawasan itu.

)bama, yang kembali ke AS Sabtu setelah menghadiri tiga temu puncak, mengutamakan tentara Amerika Serikat dengan mengumumkan kehadiran baru marinir Amerika Serikat di Australia. Ia juga bertekad memacu perubahan di Myanmar.

"Tidak diragukan. Pada abad ke-21 di Asia-Pasifik, Amerika Serikat hadir sepenuhnya," kata Obama. Perjalanannya ke Hawaii, Australia, dan Indonesia menyoroti pergeseran kekuatan Amerika Serikat dari perang sedasawarsa untuk yang ia lihat sebagai takdir Amerika Serikat di Asia, yang bergerak.

"Kita melihat pelaksanaan peralihan kebijakan kritis, strategis dalam kebijakan Amerika Serikat, menyeimbangkan," kata penasihat keamanan negara Obama, Tom Donilon.

Tema utama perjalanan Obama adalah peningkatan persaingan Amerika Serikat dengan Cina. Kedua negara itu secara ekonomi saling bergantung dan memiliki alasan bersama terbatas atas masalah, seperti, Korea Utara dan Iran. Tapi, mereka semakin bertengkar tentang mata uang, perdagangan dan bahkan keamanan bahari.

Cina marah atas ceramah Amerika Serikat bahwa sebagai ekonomi "dewasa", negara itu harus mematuhi "aturan lapangan" dan untuk saat ini hanya bisa mengharapkan perjanjian baru perdagangan Pasifik, yang berkumpul pada temu puncak APEC di Hawaii.

Obama menegaskan bahwa Amerika Serikat tidak "takut" Cina, tidak ingin membendungnya atau menolak manfaat kebangkitannya. Tapi, Cina memperingatkannya untuk tidak "memolitikkan" perdagangan atau "mencampuri" sengketa wilayah di laut Cina Selatan.

Shi Yinhong, pakar kajian Amerika di Universitas Renmin, Beijing, mengatakan siasat Amerika Serikat pasti dilihat di Cina sebagai upaya meminggirkan negara itu. "Pemerintah dan pemimpin Cina berulangkali menyatakan kesungguhan kepada Amerika Serikat, menyambut Amerika Serikat bergabung pada temu puncak Asia Timur dan tidak mengungkit kepentingan Amerika Serikat," katanya.

Ernest Bower dari Pusat Kajian Strategis dan Internasional di Washington menyatakan perjanjian lintas Pasifik itu bisa menjadi kesepakatan "kelas dunia", yang akhirnya "memaksa Cina meninggalkan upayanya membuat cara sendiri untuk menyatukan Asia".

Kunjungan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton ke Myanmar pada Desember untuk mendorong upaya perubahan juga dapat memperkuat keterlibatan Amerika Serikat, tapi -sekali lagi- memarahkan Cina.

Kegiatan Amerika Serikat di laut Cina Selatan dan di Australia, tempat Obama berencana menyebarkan hingga 2.500 Marinir, juga dipandang dengan curiga oleh Beijing, kata David Steinberg dari universitas Georgetown.

Namun, Obama memiliki khalayak lebih menekan di dalam negerinya saat ia berusaha membujuk warga Amerika Serikat bahwa presiden mereka, yang berusaha terpilih kembali dalam pemilihan umum ketat pada 2012, memiliki satu hal dalam pikirannya: pekerjaan.

Dengan demikian, ia berperan besar dalam berita bahwa Lion Air Indonesia akan membeli 230 pesawat Boeing 737 senilai 21,7 milar dolar Amerika Serikat (sekitar 217 triliun rupiah) dalam kesepakatan, yang Gedung Putih katakan akan mempekerjakan lebih dari 100.000 orang Amerika Serikat.

Pekerjaan juga alasan Amerika Serikat tinggal di Asia, kata ketua pelaksana Google Eric Schmidt, yang memberikan penjelasan kepada wartawan di Hawaii. "Cara tercepat menciptakan lebih banyak pekerjaan di Amerika Serikat adalah meningkatkan ekspor ke bagian tumbuh paling cepat di dunia, di Asia," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement