REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Bali sejak lama dikenal sebagai tujuan wisata bagi turis lokal maupun bagi mancanegara. Bagi ASEAN, Pulau Dewata telah menjadi saksi berbagai pencapaian penting yang dibuat oleh 10 negara anggota ASEAN yang kini sedang melakukan pertemuan KTT ASEAN ke-19 di Nusa Dua, Kamis (17/11).
Keistimewaan Bali bagi ASEAN disinggung oleh Presiden SBY dalam awal pidato pembukaan dihadapan sembilan pimpinan negara anggota ASEAN yang hadir di Bali Nusa DUa Convention Center sejak pukul 09.00 WITA. Bagi kerjasama ASEAN, SBY menyebut Bali sebagai pulau yang memiliki makna historis karena menjadi tempat dicapainya sejumlah kesepakatan strategis.
"Pulau Bali memiliki makna historis yang khusus bagi kerja sama ASEAN, karena di sinilah tercapai beberapa kesepakatan penting, yang menjadi pijakan arah perkembangan kerja sama ASEAN," ujar SBY yang tampil dengan setelan jas hitam dan dasi ungu yang selaras dengan busana kebaya yang dikenakan Ibu Negara Ani Yudhoyono.
Pada 1976, SBY mengingatkan, Bali menjadi tempat kelahiran Treaty of Amity and Cooperation (TAC), yang dikenal dengan Bali Concord I. Dokumen tersebut mengatur pola perilaku antar negara anggota, khususnya untuk tidak menggunakan kekerasan dan mengedepankan cara-cara damai.
Pada tahun 2003, Bali kembali mencatat sejarah dengan dilahirkannya Bali Concord II. Melalui Bali Concord II ini, negara-negara ASEAN bersepakat untuk membangun komunitas berdasarkan tiga pilar: pilar politik dan keamanan, pilar ekonomi, dan pilar sosial budaya.
"Kita bergembira bahwa pasca Bali Concord II, ASEAN kemudian menyepakati ASEAN Charter, yang mengukuhkan ASEAN sebagai rule-based organization," imbuh SBY.
Pada KTT ASEAN ke-19 kali ini, SBY menyampaikan harapan, Bali akan kembali menjadi saksi kelahiran Bali Concord III, yang akan memetakan jalan ke depan, bagi interaksi komunitas ASEAN dengan komunitas global bangsa-bangsa.