Rabu 16 Nov 2011 22:04 WIB

Ketimpangan, Biang Kerok Krisis Ekonomi

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR--Setelah kawasan Amerika Utara mengalami krisis keuangan yang cukup parah, kini giliran zona euro yang terkena. Keduanya melahirkan produk yang sama, krisis itu menjalar ke mana-mana termasuk ke Kawasan Asia Tenggara.

"Namun berkat kuasa Tuhan, perekonomian ASEAN bertumbuh. Pada waktu 2008 di Amerika Serikat ada krisis kita mati-matian mempertahankan tingkat pertumbuhan, dan itu cukup bisa dilakukan," kata Presiden Susilo Yudhoyono, di Nusa Dua, Bali, Rabu malam.

ASEAN kini dipimpin Indonesia dan masa kepemimpinan ini dimanfaatkan benar untuk mewujudnyatakan visi pembangunan ekonomi di kawasan sebaik-baiknya. KTT Ke-19 ASEAN-pun akan dilaksanakan di Bali dalam dua hari ke depan.

Sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara yang sedang memimpin ASEAN, Yudhoyono memberi penjelasan visi dan upaya yang tengah dijalankan kepada pers, di Hotel The Ayodya, di Kawasan Resort Nusa Dua, tempat dia menginap selama putaran KTT Ke-19 ASEAN dilakukan.

Layaknya penjelasan kepada puluhan insan pers dari dalam dan luar negeri, biasanya ada tanya jawab. Namun dari awal Yudhoyono berdiri di mimbar, dia katakan bahwa penjelasan itu bersifat satu arah saja. Artinya, benar-benar penjelasan.

Yang juga berbeda adalah cara Yudhoyono memberi penjelasan. Bukan cuma berdiri di mimbar berlambang kepresidenan, melainkan hilir-mudik di panggung besar. Di belakangnya ada peta dunia besar yang tiap sebentar ditengok dan ditunjuk memakai penunjuk bermata laser. Ibaratnya, mirip presentasi seorang pebisnis ulung.

Dua pertemuan puncak penting dunia baru saja dihadiri Yudhoyono yang memimpin delegasi Indonesia secara langsung dan aktif. KTT G20 di Cannes, Perancis, yang isu sentralnya adalah krisis keuangan zona euro yang episentrumnya di Yunani. Yang baru saja dijalani adalah Pertemuan Puncak CEO APEC di Honolulu, Hawaii.

Menurut Yudhoyono, ada yang unik dari ketiga pertemuan itu --Cannes, Honolulu, dan Bali-- yaitu ada peserta di Cannes dan peserta di Honolulu yang bertemu di Bali. Jadi, agenda pembicaraan yang sudah dibahas di kedua kota itu tidak akan menyita perhatian banyak.

Bali, katanya, akan menjadi tempat kelahiran Bali Concord III. Esensi utama dari Bali Condord III adalah implementasi berbagai kesepakatan dan perjanjian antar kawasan dan multilateral sehingga bisa dirasakan langsung oleh masyarakat negara-negara penandatangan.

"Karena, semuanya harus tidak lagi menjadi elitis di tataran pemerintah-pemerintah, melainkan membumi ke masyarakat. 'Biang kerok' krisis-krisis itu ternyata adalah ketimpangan arus perekonomian. Inilah yang akan dibenahi dan inilah demokratisasi pada tataran antar negara," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement