REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Sama seperti unsur yang ada di bumi lainnya, nuklir sama berbahaya dan tidaknya. Hal tersebut sesuai dengan dosis pakainya.
"Kalau segelas air tentu tidak akan berbahaya dibandingkan gelombang tsunami," tutur Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia (PKNI), Hussein S. Kartamohardja, dalam jumpa pers acara 'Pertemuan Ilmiah Nuklir Tahunan' di Rumas Sakit Pendidikan Universityas Padjadjaran, Bandung, Jumat (4/11).
Nuklir sama tidak berbahayanya dengan segelas air bila dipakai dalam dosis yang sangat kecil, ia melanjutkan. Alih-alih berbahaya, nuklir sangat bermanfaat.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional, Hudi Hastowo, mengatakan kegiatan nuklir di Indonesia bukanlah sesuatu yang baru. Nuklir sudah ada sejak 1970-an.
Keberadaannya sangatlah diperlukan. Sayangnya hal ini belum disadari oleh masyarakat. "Karena pemikiran masyarakat terhadap nuklir masih buruk," ujar Hudi.
Hal ini didukung oleh bukti-bukti meledaknya reaktor nuklir di beberapa negara. Efek yang disebabkannya pun mematikan. Hal ini menyebabkan masyarakat mendengar kata 'nuklir' saja takut.
Menurutnya, nuklir memang berbahaya dan semua orang wajar merasa takut terhadapnya. Namun, justru karena ketakutan itulah pengguna nuklir perlu mematuhi aturan-aturan yang ada.
Selain untuk kedokteran, nuklir juga berguna untuk pertanian. Hal ini dibuktikan dengan sudah ada 16 varietas benih padi yang dihasilkan dari teknologi tersebut, termasuk varietas pandan putri.