Selasa 01 Nov 2011 19:36 WIB

Tragis, 691 Ekor Orangutan Mati Dibunuh

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Chairul Akhmad
Orangutan
Foto: .
Orangutan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Orangutan (pongo pygmaeus) termasuk satwa liar yang statusnya dilindungi, namun keberadaannya tak terlindungi. Setidaknya, 691 ekor orangutan mati dibunuh dalam kurun waktu Januari – Oktober 2011.

Sebanyak 17 LSM internasional memaparkan data tersebut berdasarkan penelitian di tiga provinsi, yaitu Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Beberapa LSM yang terlibat adalah Forum Komunikasi Kader Konservasi Indonesia (FK3I), World Wildlife Fund (WWF), Suar Institute, Yayasan Palung, dan Yayasan Riak.

“Dari 725 desa yang menjadi obyek penelitian, sebagian besar masyarakat melaporkan konflik dengan orangutan,” kata peneliti dari Asosiasi Pemerhati dan Ahli Primata Indonesia, Sri Suci Atmoko, di kantor Kementerian Kehutanan, Selasa (1/11).

Berdasarkan laporan, selama 2011 (Januari – Oktober), setidaknya 691 orangutan mati. Sebanyak 90 persen kematian orangutan tersebut dengan cara dibunuh. Pembunuhan orangutan, kata Direktur Program The Nature Consevation (TNC), Niel Makinuddin, umumnya berlatar belakang kebutuhan konsumsi (54 persen). Sisanya untuk kebutuhan tradisional, dan menjadi hewan peliharaan.

Menariknya, masyarakat responden yang mengaku pernah membunuh orangutan, 67 persennya mengaku mengetahui status orangutan sebagai satwa liar dilindungi menurut aturan perundang-undangan pemerintah. Sedangkan 23 persen sisanya mengaku mengetahui tentang hukum adat untuk perlindungan orangutan.

Pembunuhan orangutan, kata Niel juga karena faktor habitat. “70 persen habitat orangutan sangat rentan sebab di luar kawasan konservasi,” katanya. Artinya, hanya 30 persen yang terlindungi di dalam kawasan konservasi, khususnya hutan lindung.

Laporan statistik studi tersebut mengatakan, konflik orangutan cenderung terjadi pada kawasan perbatasan hutan dan perkebunan kelapa sawit. Sisanya di sawah, dan kawasan hutan tanaman industri (HTI).

Kondisi tersebut bisa terjadi sebab orangutan mencari sumber makanan keluar dari habitatnya yang semakin menyempit. Dalam kurun waktu 2000 – 2008, kata Niel, sekitar 2,3 juta hektar hutan di Kalimantan hilang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement