Kamis 27 Oct 2011 16:22 WIB

Inilah Doktrin yang Membuat Budaya Tawur Subur di SMA 70 versi Orang Tua Siswa

Rep: Satya Festiani/ Red: Siwi Tri Puji B

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menurut alumni sekaligus orang tua siswa SMAN 70 Bulungan, sebut sana namanya Bedu, dulu ketika ia kelas 1 sama sekali tidak ada tawuran. Kelas 2 ia melihat hanya ada dua kali tawuran. "Itu pun STM yang menyerang," ujar Bedu yang nama aslinya tak ingin disebutkan.

Dulu, senjata yang dipakai hanyalah botol kaca yang dilemparkan. "Sekarang, anak-anak telah memakai senjata tajam. Anak kelas 1 yang tidak ikut membantu tawuran pun akan dipukuli oleh siswa kelas 3," ujarnya.

Siswa kelas 3 mendoktrin tiga hal pada adik kelasnya, kata dia. Doktrin yang pertama guru jangan dihormati. Kedua, orang tua harus dilawan. Ketiga, polisi harus dimusuhi.

Budaya yang dikembangkan adalah budaya jagoan. "Di SMA 70, kesiswaan memfasilitasi budaya jagoan, contohnya boxing camp," ujar ia. Tokoh tawuran biasanya ikut ekskul boxing ini. "Harusnya ekskul ini diarahkan lebih baik," ujarnya.

Ia memberi waktu satu bulan pada Komnas PA untuk menangani masalah ini. Jika belum ada titik terang, ia akan memindahkan anaknya ke sekolah lain. "Kita ingin menyelamatkan mental anak-anak," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement