REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengangakatan pos wakil menteri (wamen) di belasan kementerian menandakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kurang percaya terhadap kinerja para menterinya. Presiden ingin lebih menjamin kebijakan hasil rapat kabinet tidak hanya diamini oleh menteri seperti yang terjadi selama ini, melainkan juga dilaksanakan secara berkelanjutan.
"Menurut kajian, memang diurat nadi antara menteri, dirjen dan direktur kementerian ada 'kolesterol' yang menyumbat peredaran darah, maka harus ada 'antikoleterol itu yang diharapkan diperankan oleh wamen," ujar Dewan Pembina Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia (MIPI) Mas'ud Said kepada Republika, Rabu (19/10).
Menurut Mas'ud, analisisnya itu tampak dari pengangkatan wamen sebanyak 90 persen itu adalah orang punya track record dan ahli di bidangnya. Tujuan pembentukan posisi wamen, kata dia, tak lain agar akselerasi pembangunan dan program pemerintah bisa dicapai.
Walaupun menyisakan banyak sangsi di kalangan tertentu, pihaknya meminta publik perlu memberi kesempatan bagi pejabat baru itu untuk menunjukkan kinerjanya. "Rasa doubt (ragu) itu pasti muncul. Tapi ini saya kira hal baru dan perlu dibuktikan," ujar guru besar Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang itu.