Selasa 18 Oct 2011 18:43 WIB

Sebenarnya, Banyak Nelayan Malaysia Tangkap Ikan di Indonesia, karena MoU Mereka tak Ditangkap

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Stasiun Belawan Medan mengungkapkan, banyak nelayan tradisional asal Malaysia selama ini memasuki Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia di sekitar Selat Malaka.

"Hampir setiap hari ada saja nelayan tradisional Malaysia menangkap ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) di Selat Malaka," kata Kepala Pengawas Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Stasiun Belawan Mukhtar kepada ANTARA di Medan, Selasa (18/10).

Namun keberadaan nelayan tradisional dari negeri jiran itu belum pernah dipersoalkan maupun ditangkap oleh petugas patroli PSDKP Belawan, karena hal itu bukan dianggap sebagai sebuah pelanggaran hukum.

Pertimbangan itu mengacu kepada naskah kesepamahan bersama (MoU) antara pemerintah Indonesia dan Malaysia yang memperbolehkan nelayan tradisional kedua negara saling memasuki perairan kedua negara untuk menangkap ikan.

Kemudahan khusus tersebut diberikan kepada nelayan dari dua negara yang bertetangga itu saat beroperasi dengan menggunakan perahu berkapasitas di bawah tiga gross ton.

Berdasarkan MoU itu, katanya, petugas patroli PSDKP Belawan maupun dari Kementerian Kelautan dan Perikanan belum pernah mempersoalkan maupun menangkap setiap perahu nelayan tradisional Malaysia yang terbukti memasuki wilayah perairan Indonesia.

Namun MoU tersebut terkesan kurang dipahami dan diimplementasikan oleh para petugas patroli maritim Malaysia, sehingga mereka kerap mengusir ataupun menangkap nelayan tradisional Indonesia saat memasuki tapal batas Malaysia.

"Pelanggaran batas perairan Malaysia oleh nelayan Indonesia, termasuk dari Sumatera Utara seharusnya tidak perlu dipersoalkan oleh petugas patroli maritim Malaysia bila mereka memahami perjanjian yang telah disepakati pemerintah kedua negara," ucapnya.

Mukhtar menambahkan perairan timur Provinsi Sumatera Utara hingga sekitar ZEEI di Selat Malaka sejak puluhan tahun silam merupakan lokasi penangkapan ikan yang dominan digemari nelayan tradisional Indonesia dan Malaysia.

"Di sekitar perbatasan perairan antara Indonesia dan Malaysia atau persisnya di sekitar Selat Malaka banyak terdapat ikan, sehingga tidak mengherankan di kawasan itu ramai diserbu nelayan," ucapnya.

Untuk mencegah kesalahpahaman antara petugas patroli maritim Malaysia dengan nelayan Indonesia selama ini, menurut dia, tapal batas perairan kedua negara perlu segera dikaji ulang.

Melalui hasil kajian itu pemerintah kedua negara dapat menyepakati kembali titik koordinat perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia di sepanjang perairan Selat Malaka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement