REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) menegaskan tidak ada pergeseran patok perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia di Tanjung Datuk dan Camar Bulan Kabupaten Sanggau ,Kalimantan Barat.
"Tim Menko Polhukham, Kemendagri dan Bakosurtanal sudah turun lapangan dan hasilnya tak ada masalah dengan perbatasan di kedua wilayah itu," kata Kepala Bakosurtanal, Dr Asep Karsidi pada pencanangan "Geospasial untuk Negeri" menyambut peluncuran Badan Informasi Geospasial (BIG) di Jakarta, Senin.
Yang ada, lanjut Asep Karsidi, hanya patok A1 di ujung paling barat Kalimantan di Tanjung Datuk yang rusak karena abrasi pantai sehingga Malaysia membuatkan patok sendiri sebagai pengganti patok tersebut.
"Jadi tidak ada pencaplokan wilayah. Kita masing-masing punya catatan koordinat yang diukur dengan GPS yang tidak mungkin bergeser. Kalau ada pergeseran patok pun bisa langsung digeser lagi sesuai koordinat yang ada," katanya.
Sedangkan di Camar Bulan, ujar Asep Karsidi, hanya ada bekas cor-coran semen yang setelah diteliti dan diukur hanya bekas orang mencor.
Bakosurtanal yang sesuai UU no 4/2011 berganti nama jadi Badan Informasi Geospasial (BIG) ini, ujarnya, hanya lembaga tukang ukur, karena itu tidak mau berkomentar terkait persoalan politik perbatasan dan hanya bicara fakta.
Sementara itu, Deputi Survei Dasar dan Sumber Daya Alam Bakosurtanal Priyadi Kardono yang turut meninjau bersama tim ke lapangan mengatakan, tidak ditemukan pergeseran patok perbatasan di Tanjung Datuk dan Camar Bulan.
"Hanya patok A1 yang selama ini dijadikan titik awal rusak dan hilang karena abrasi pantai, kemudian Malaysia membuat patok sendiri untuk mengukur titik awal pengganti titik A1 yang kena abrasi. Untuk mengukur itu tujuh meter jaraknya dari titik awal ke titik A1. Itu tidak masalah," katanya.
Dalam kesempatan yang dihadiri Menteri Ristek Suharna Surapranata dan Menko Kesra Agung Laksono itu, diluncurkan juga geoportal nasional dan peta tiga dimensi dilengkapi huruf Braille khusus bagi tunanetra.