Selasa 11 Oct 2011 18:15 WIB

Menhut Nilai Perhatian Publik untuk Karbon Masih Minim

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Djibril Muhammad
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan
Foto: Republika/Wihdan
Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Kehutanan (Menhut) Zulkifli Hasan menilai perhatian publik terhadap besarnya kemampuan hutan dalam menyerap karbon belum menyeluruh. Padahal, lembaga pangan dunia FAO sudah memprediksikan hutan global dapat menyerap karbon hingga 2,6 giga ton (GT)  pertahun.

Hutan juga sebagai tempat penyimpanan karbon raksasa mencapai 1.650 GT. Jumlah ini setara dua kali besarnya karbon yang ada di atmosfir. Menurut perhitungan, hutan Indonesia memunyai stok karbon lebih dari 50 GT. "Itu sudah termasuk stok karbon di lahan gambut," katanya di Gedung DPR Jakarta, Selasa (11/10).

Cadangan karbon hutan Indonesia yang besar tentunya masih bisa lebih besar lagi menyerap CO2. Caranya melalui pencegahan deforestasi dan kerusakan hutan akibat kegiatan manusia yang kurang terkendali, serta perbaikan dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan hutan.

Melalui program restorasi ekosistem hutan Indonesia, kata Menhut, dalam dua puluh tahun mendatang akan mampu menyerap 8,7 GT CO2. Untuk itu, Kementerian Kehutanan telah mencadangkan 3,5 juta hektar log over area (LOA) pada hutan produksi untuk restorasi ekosistem.

Untuk mengembangkan pelaksanaan REDD Plus di Indonesia, kata Menhut, pemerintah melakukan peningkatan kapasitas dan kapabilitas kelembagaan pengelolaan hutan. Caranya melalui percepatan pembentukan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH).

Kelembagaan KPH adalah kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota. "KPH dapat menjadi unit evaluator dalam upaya penurunan GRK," ujar Menhut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement