REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Rini Astuti (30 tahun) kini hamil tujuh bulan. Namun, ia kini sangat khawatir karena selain sang jabang bayi, di rahimnya kini juga tertanam spiral IUD pencegah terjadinya kehamilan.
Selama ini ia mengaku sehat. namun belakangan, ia sering mengalami kesakitan pada perut dan dadanya. ''Saya sering sesak nafas dan mual-mual,'' katanya.
Menurut dia, kejadian ini berawal saat ia menghadiri pertemuan kader PKK di desanya tanggal 25 April lalu. Saat itu, ia mendapat blanko aseptor KB dari seorang petugas KB (PLKB). ''Saya tertarik untuk ikut KB, karena saya sudah punya dua anak, dan sedang menyusui lagi,'' kata Rini.
Sesuai undangan, kata Rini, untuk menjadi aseptor KB, tanggal 26 April ia datang ke Puskesmas Wates. Rencananya ia ingin menjadi aseptor KB dengan memasang IUD.
Namun, katanya, pemasangan rupanya tak dilakukan di Puskemas itu, tapi di rumah Wakil Ketua DPRD. ''Dari Puskesmas saya dibawa pakai mobil ke sana,'' tutur dia.
Di rumah itu, rupanya sedang ada acara KB. Ia lalu menjalani tes urine uji kehamilan. ''Saat itu saya dites dua kali, dan hasilnya dua kali negatif."
Dengan hasil tes negatif tersebut, ia lalu setuju untuk pemasangan IUD. ''Pemasangan spiral dilakuan dr Bimo dari RS Dr Sardjito,'' kata dia.
Hanya, saja seminggu setelah pemasangan spiral, ia sering merasakan kesakitan pada perutnya dan sesak nafas. Gejala ini lalu ditanyakannya pada petugas ke Puskesmas Wates dan ke seorang bidang di Wates. Tapi, saat itu ia tak mendapatkan jawaban apa-apa, hanya diberikan vitamin-vitamin.
Merasa ada yang janggal para rahimnya, tanggal 28 Mei, Rini memutuskan pergi ke apotik untuk memeli alat test kehamilan. ''Setelah saya tes sendiri, ternyata hasinya positif.''