REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR - Pihak keluarga menitipkan jenazah Ald (10) dan Ra (5) yang meninggal dunia akibat serangan virus flu burung kepada pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar.
"Jenazah kakak-beradik itu oleh keluarganya dititipkan selama sepekan karena di wilayah desa tempat tinggal kedua orang tuanya sedang berlangsung ritual keagamaan sehingga tidak diperkenakan untuk dilakukan upacara kematian," kata Direktur Umum dan Operasional RSUP Sanglah, dr Elzarita Arbain MKes, di Denpasar, Senin.
Padahal sesuai prosedur penanganan jenazah penyakit menular, jelas dia, seharusnya jenazah segera dikremasikan. Hal itu bertujuan untuk memutuskan rantai penyebaran virus mematikan tersebut sehingga tidak sampai meluas.
"Akan tetapi saat ini pihak keluarga belum bisa melakukan upacara ngaben karena sedang berlangsungnya ritual keagamaan lain di wilayah desa tersebut," katanya.
Menurut dia, saat ini kedua jenazah pasien asal Banjar Dinas Antuga, Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli itu, tersimpan di lemari pembeku kamar jenazah.
Dia juga menjelaskan, seluruh biaya pengobatan bagi kedua pasien penyakit membahayakan tersebut ditanggung oleh pemerintah.
Kedua pasien flu burung itu datang ke rumah sakit terbesar di Bali itu dengan kondisi yang sudah cukup mengkhawatirkan.
Selain syok dan panas tinggi, ungkap Elzarita, keduanya sudah mengalami gangguan sesak pernafasan sehingga harus diberikan alat bantu.
"Meskipun sudah kami tangani sesuai prosedur dan semaksimal mungkin namun akhirnya nyawa kedua anak tersebut tidak dapat tertolong," ujarnya.