REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana SBY untuk me-reshuffle kabinetnya dianggap menjadi ancaman bagi kekuatan koalisi yang sudah dibangunnya sejak 2009 lalu. Rencana itu, dinilai, akan mengancam kesuksesan SBY untuk langgeng hingga 2014 nanti.
"Kalau itu terjadi, SBY akan terancam," ungkap Ahli Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Saiful Umam, saat dihubungi, Ahad (2/10).
Ketika mengganti sejumlah menteri dalam kabinet, SBY dipastikan akan menggeser porsi menteri dari partai politik koalisi yang sudah dibangun. Hal ini mengakibatkan kinerja pemerintahan pada level legislatif bermasalah.
Saiful menyatakan rencana SBY untuk mengadakan reshuffle terlalu dini, dan tergesa-gesa. SBY harus memperhitungkan lebih matang rencananya itu jika ingin tetap nyaman dengan kursi kekuasaan di negeri ini.
Rencana koalisi, menurut Saiful, belum tentu dilaksanakan SBY, karena selama ini, orang nomor wahid di negeri ini sudah lama membicarakan reshuffle namun tak kunjung terlaksana. "SBY kerap membicarakan reshuffle untuk mengkritik kinerja kabinetnya agar lebih baik. Belum tentu akan terlaksana," paparnya.