Kamis 29 Sep 2011 14:09 WIB

SBY Harus Adil Soal Reshuffle

Rep: Erik Purnama Putra/ Red: Chairul Akhmad
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Boediono (kanan) sebelum memimpin sidang kabinet.
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Boediono (kanan) sebelum memimpin sidang kabinet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diharapkan bisa bersikap adil dalam melakukan reshuffle.

Santer terdengar, menteri yang selingkuh bakal diganti sebab melakukan perbuatan tercela. Adapun menteri yang disebut terlibat korupsi tidak dicopot dan hanya digeser ke kementerian lain, karena memiliki kedekatan dengan presiden.

Jika prediksi itu terwujud, maka kebijakan presiden dalam menilai pembantunya tidak didasari penilaian matang dan tolok ukur jelas. "Ini tidak adil. Jika yang selingkuh diganti, apalagi yang korupsi, sebab pelanggarannya lebih berat," kata Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, dalam diskusi di gedung PP Muhammadiyah, Kamis (29/9).

Menurut Ray, ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan SBY semakin menguat. Gejala perlawanan terhadap presiden dari waktu ke waktu mudah ditangkap, seperti demo mahasiswa dan kelompok masyarakat ketika terjadi kunjungan presiden ke daerah.

Jika kondisi itu dibiarkan, maka kepercayaan masyarakat kepada pemerintah bisa runtuh. Karena berbagai kebijakan penguasa tidak lagi berpihak pada rakyat. Sehingga proses reshuffle kabinet tidak banyak membantu perbaikan kinerja pemerintahan. "Catatan ini harus diperhatikan agar perlawanan terhadap pemerintahan tidak semakin besar," kata Ray.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement