REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Bidang Komunikasi Politik Presiden, Daniel Sparingga, mengatakan reshuffle adalah satu ihktiar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang muncul sejak enam bulan lalu. Hal itu terkait dengan kinerja beberapa menteri yang perlu ditingkatkan agar kinerja pemerintah bisa semakin moncer.
Ia mengatakan, meski reshuffle tertunda, kinerja pemerintahan tidak bisa dikatakan mundur enam bulan sebab sisa tiga tahun bisa dikejar. Caranya dengan melakukan akselerasi program kerja beberapa menteri yang dinilai publik mendapat rapor marah. "Reshuffle harus dimaknai sebagai perubahan menuju akselerasi kinerja lebih cepat," kata Daniel dalam diskusi di gedung PP Muhammadiyah, Kamis (29/9).
Hadir sebagai pembicara Pengamat politik Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi, Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, dan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Saleh P Dauly.
Menurut Daniel, pascareshuffle beberapa waktu mendatang, model pendekatan intervensi bakal dianut Presiden untuk memudahkan penyelesaian masalah. Kekuasaan yang dimiliki Presiden, sebut Daniel, akan digunakan untuk membongkar berbagai sumbatan persoalan yang dihadapi beberapa menteri. "Pak SBY dalam memimpin negeri setelah reshuffle, pasti mengubah gaya kepemimpinannya," katanya
Karena itu, katanya, ke depan masyarakat jangan heran jika Presiden sering turut campur dalam berbagai kasus yang dihadapi kementerian guna mengejar ketertinggalan program pembangunan.