Senin 26 Sep 2011 13:34 WIB

Hatta tak Ingin Dahului Presiden Soal Reshuffle

Rep: M Ikhsan Shiddieqy/ Red: Johar Arif
Hatta Rajasa
Foto: Antara
Hatta Rajasa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menko Perekonomian Hatta Rajasa tak ingin mendahului sikap Presiden soal nama-nama menteri yang segera di-reshuffle beberapa pekan mendatang. Hatta juga enggan berkomentar tentang kinerja para menteri di Kabinet Indonesia Bersatu II, khususnya menteri-menteri bidang ekonomi yang ada di bawah koordinasi Hatta.

"Jangan mendahului lah," ujar Hatta di kantornya, Senin (26/9). Mengenai penggantian Menteri BUMN Mustafa Abubakar karena alasan kesehatan, Hatta tidak mau berspekulasi. Justru, kondisi Mustafa yang masih dalam masa pemulihan di Singapura ini terus mengalami kemajuan positif.

"Pak Menteri BUMN kan sudah mulai baik nih, sudah mulai sehat. Kita doakan saja," kata Hatta. Dia mengatakan, lebih baik meningkatkan jam kerja para menteri. Hal itu salah satunya untuk meningkatkan hasil kerja dari para menteri tersebut.

Pada Jumat (23/9), Hatta mengatakan, kinerja para menteri itu sebenarnya bisa terlihat dari aktivitas sehari-hari menteri tersebut. "Kalau saya melakukan Rapat Koordinasi jam 07.00 kawan-kawan (wartawan) bisa melihat menteri mana yang rajin, menteri mana yang telat datang," kata Hatta. Menurut Hatta, dari situ bisa terlihat mana yang datangnya pukul 09.00 WIB dan mana saja menteri yang tak hadir.

Hatta memang selalu menyelenggarakan Rakor bersama menteri-menteri yang berada di bawah koordinasinya. Rakor ini digelar di Graha Sawala Kantor Kemenko Perekonomian. Dalam satu pekan, biasanya minimal ada satu kali rakor. Rakor sering berlangsung mulai 07.00 WIB.

"Kawan-kawan (wartawan) bisa mengabsen, jadi saya tidak usah ngasih tahu," ujar Hatta. Tapi, Hatta buru-buru mengingatkan bahwa kehadiran pada rakor itu bukan menjadi ukuran untuk melakukan reshuffle, namun dia mengingatkan bahwa menteri harus bekerja lebih serius.

"Bukan ukurannya yang telat, tapi artinya itu menunjukkan bahwa memang perlu tidak business as usual, kalau biasa bekerja sepuluh jam dalam kondisi bangsa seperti ini mbok ya ditambah lah empat jam lagi jadi 14 jam," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement