Selasa 20 Sep 2011 10:49 WIB

Petani Wajib Mengerti Perubahan Iklim

Rep: Fernan Rahadi/ Red: cr01
Seorang petani memanen benih padi di lahan persawahan Desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Seorang petani memanen benih padi di lahan persawahan Desa Pekandangan, Indramayu, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Perubahan iklim merupakan sesuatu yang lumrah terjadi. Sayangnya, selama ini para petani di Indonesia kurang cukup memiliki pengetahuan yang memadai mengenai peristiwa alam tersebut.

Hal itulah yang menjadi sasaran program Training of Trainer (ToT) Perubahan Iklim untuk Sektor Pertanian, hasil kerjasama antara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dengan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. "Diharapkan ToT ini bisa menjadi bekal petani mengantisipasi perubahan iklim," ujar Kepala Bidang Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Kementerian Pertanian, DR Erizal Jamal, Senin (19/9).

ToT yang akan berlangsung hingga 23 September tersebut diharapkan bisa membekali sebanyak 36 peserta yang berasal dari 18 provinsi di Indonesia. "Bagaimanapun petani perlu bekal. Jika curah hujan tinggi maka nantinya mereka bisa menyiapkan varietas-varietas yang tahan genangan. Sebaliknya jika curah hujan rendah mereka bisa menyiapkan varietas-varietas yang anti kekeringan," kata Erizal.

Pada hari terakhir ToT tersebut, para penyuluh nantinya akan diajak ke Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian yang berada di Sukamade, Banyuwangi. "Di sana nanti kami akan memperlihatkan contoh-contoh varietas tahan genangan maupun varietas anti kekeringan," imbuh Erizal.

Selama ini, informasi-informasi tentang perubahan iklim dari BMKG bersifat informasi umum yang masih sukar dipahami oleh petani. Dengan diadakannya ToT ini diharapkan para petani lebih mudah memahami. Selain itu, ToT juga bertujuan memperpendek jalur konvensional yang selama ini dipakai. Jika sebelumnya terdapat rantai informasi dari peneliti ke penyuluh maka saat ini antara peneliti dan penyuluh digabung saat keduanya bertemu di balai besar nantinya.

Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG, Endro Santoso, mengatakan BMKG memprediksi puncak musim kemarau adalah bulan Agustus lalu sehingga bulan-bulan setelahnya bakal mulai ada peningkatan curah hujan.

"Bulan ini (September) saja sudah ada peningkatan curah hujan di berbagai wilayah selatan Indonesia. Di wilayah-wilayah utara seperti Aceh, Sumatera, Riau, dan Kalimantan timur peningkatan curah hujan lebih meningkat lagi. Apalagi Papua, yang cukup basah pada kemarau kali ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement