REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Teka-teki perombakan Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II masih misteri. Menurut Staf Khusus Kepresidenan Bidang Komunikasi Politik, Daniel Sparingga, percakapan tentang nama menteri dan atau penggantinya masih sangat terbatas beredar di lingkungan paling dalam dari pemerintahan, yaitu Presiden SBY dan Wakil Presiden Boediono.
Pada tahap ini, kata Daniel, Presiden sendiri memang ingin menjauhkan proses itu dari gunjingan politik. "Prosesnya sangat steril dan terisolasi dari kepentingan pragmatis kekuasaan yang sempit," ujarnya, Senin (19/9).
Menurut Daniel, yang dipertaruhkan sekarang adalah tiga tahun yang masih tersisa. Untuk itu, pemerintah tentu saja akan lebih mementingkan nasib banyak orang di negeri ini daripada kepentingan kelompok atau golongan.
Namun bukan berarti Presiden tidak mempertimbangkan masukan dari partai politik. Pada saat yang lebih baik, menurut Daniel, pimpinan parpol dan anggota koalisi akan diajak bicara.
Para elite partai politik maklum akan ihwal ini, karena sukses pememerintahan ini juga mencerminkan keberhasilan mereka. Pihaknya juga menerima sinyal positif bahwa semua partai politik ingin agar terjadi akselerasi perubahan dalam tiga tahun ke depan. "Ini saatnya untuk menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan parpol," kata Daniel.
Daniel menegaskan, kontrak di antara anggota partai koalisi dengan Presiden SBY justru menjadi dasar yang kuat untuk melakukan evaluasi kabinet. Ia menampik jika Presiden tersandera oleh parpol dalam hal reshuffle.