Sabtu 17 Sep 2011 15:58 WIB

Tangis Haru Pecah Saat Persatuan Wanita Islam-Kristen Maluku Sambangi Pengungsi Rusuh Ambon

Sejumlah mobil dibakar massa saat kericuhan yang terjadi di Kota Ambon, Minggu (11/9). Kericuhan antarwarga di Ambon diwarnai dengan saling lempar batu, memblokir jalan dan merusak/membakar kendaraan.
Foto: Antara
Sejumlah mobil dibakar massa saat kericuhan yang terjadi di Kota Ambon, Minggu (11/9). Kericuhan antarwarga di Ambon diwarnai dengan saling lempar batu, memblokir jalan dan merusak/membakar kendaraan.

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON - Persatuan Wanita Islam bersama Persatuan Wanita Kristen Indonesia di Maluku, Sabtu, membagikan bantuan kepada pengungsi korban pertikaian antarwarga di Kota Ambon. Pembagian bantuan teresebut dilakukan secara bersama-sama kedua organisasi wanita itu dengan mendatangi tempat penampungan pengungsi.

Bantuan berupa beras, mi instan, air mineral, dan makanan ringan kepada pengungsi dibagikan di tempat penampungan pengungsi. Pengurus kedua organisasi keagamaan itu sejak Jumat (16/9) membagikan bantuan kepada pengungsi beragama Islam di lima lokasi, sedangkan pada Sabtu (17/9) dibagikan kepada pengungsi bergama Kristen di empat lokasi.

Para ibu memeluk sambil mencium para pengungsi perempuan maupun anak-anak sehingga terlihat suasana haru bahkan ada yang menangis. Ketua Persatuan Wanita Islam Wilayah Maluku Hj Irma Betaubun maupun Ketua PWKI Daerah Maluku, Pdt Ny Boya Rahawarin, memohon maaf dan meminta izin kepada koordinator pengungsi maupun para Ketua RT di tempat penampungan karena mereka akan mengajak silaturahim para ibu yang sedang mengungsi.

"Kami meminta izin bertemu ibu-ibu karena merasa ada ikatan emosional perempuan sehingga ikut merasakan beban penderitaan yang dialami akibat konflik," kata kedua tokoh organisasi keagamaan tersebut.

Irma dan Boya mengimbau kaum perempuan, terutama ibu-ibu, karena bisa mempengaruhi suami dan anak-anak, untuk tidak terprovokasi isu menyesatkan yang tidak menginginkan Maluku damai. "Kami yakin peranan ibu-ibu, para suami dan anak-anak bisa dimotivasi untuk tidak terprovokasi untuk bertikai karena hanya akan meninggalkan penderitaan berkepanjangan seperti pada peristiwa serupa tahun 1999," kata mereka.

Pemprov Maluku berdasarkan hasil pendataan sementara menyebutkan akibat pertikaian tersebut jumlah warga yang mengungsi di sejumlah tempat sebanyak 7.157 orang atau 1.832 kepala keluarga. Sedangkan korban luka ringan 158 orang dan luka berat 29 orang. Mereka dirawat di RSUD dr M Haulussy, RS Alfatah, RSU GPM, RSU Bhakti Rahayu serta RS Tentara, sedangkan korban meninggal sebanyak delapan orang.

Dari 29 korban luka berat, satu korban yakni Ferta Sahertian dalam keadaan kritis, dan sementara menjalani perawatan intensif di RSUD dr Haulussy. Korban kemungkinan akan dirujuk ke Jakarta. Selain itu, tercatat rumah warga yang terbakar maupun rusak ringan dan rusak berat sebanyak 164 unit yang tersebar di dua kecamatan, yakni Nusaniwe 111 unit dan Sirimau 53 unit.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement