REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Partai Golkar (PG) dinilai sedang berada dalam posisi yang serba salah. Sebab di satu sisi mereka menginginkan kadernya tegas dengan menunjukkan loyalitas pada partai. Tetapi ‘pemaksaan’ itu pun tak bisa dilakukan karena PG membenturkan keanggotaan seseorang antara partai dan ormas.
Pengamat politik dari Indobarometer, M Qodari, mengatakan jika dari kacamata orang PG di Nasdem, mereka merasa tidak harus memilih. Karena mereka beranggapan bisa tetap menjadi anggota PG tanpa harus meninggalkan ormas Nasdem, dan sebaliknya.
"PG serba salah. Satu sisi PG ingin kepastian loyalitas kadernya karena mereka pasti memiliki kekhawatiran juga bahwa orang di Nasdem itu bekerja untuk mengambil pemilih PG agar pindah ke Nasdem," katanya kepada Republika, Jumat (9/9).
Menurutnya, kondisi politik dua kubu ini sebaiknya tidak terlalu dibawa terlalu serius oleh PG. Qodari menyarankan agar PG tidak terbawa konstelasi politik yang berkembang dan tidak melakukan tindakan seperti pemecatan terhadap kader yang mendua. "Lebih strategsi untuk tidak memecat secepat mungkin dan biarkan proses ini berlangsung sementara waktu," katanya.
Menurutnya, kader PG yang mendua tidak terlalu banyak yang memiliki nama besar. Artinya, PG pun sebenarnya tidak rugi jika harus ditinggalkan mereka. Jangan sampai PG terpancing untuk memecat dan mengikuti genderang politik saat ini.
Kalau PG melakukan pemecatan, dikhawatirkan energi yang dikeluarkan akan terlalu besar. Sebab akan ada perkara hukum yang diajukan oleh kader yang tidak terima dengan keputusan itu dengan berlindung pada tak adanya aturan yang melarang seseorang berada di partai dan ormas yang berbeda.
"Memang ini permainan politik. Ongkos politik untuk pemecatan, adanya dampak persoalan hukum, hingga kemungkinan dramatisasi politik bisa terjadi. PG tenang sajalah," kata Qodari.