Selasa 09 Aug 2011 17:06 WIB

Antisipasi Dampak Krisis Ekonomi Global, Pemerintah Siapkan Empat Langkah Mitigasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Pemerintah menyiapkan empat langkah mitigasi menghadapi kemungkinan dampak krisis ekonomi global yang dipicu kebijakan utang AS dan Eropa. Empat mitigasi krisis tersebut telah mendapat dukungan dana dari APBN Perubahan 2011 yang telah disetujui DPR.

"Perekonomian global masih menghadapi risiko krisis," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro dalam konferensi pers tentang mitigasi krisis di Kemenkeu, Selasa (9/8). Saat ini, indeks saham domestik masih tertekan kondisi global.

Menurut Bambang, keempat langkah mitigasi krisis itu adalah penggunaan dana cadangan risiko perubahan asumsi makro dan stabilisasi harga sebesar Rp 4,7 triliun; anggaran bantuan sosial, seperti PNPM, Program Keluarga Harapan, Jamkesmas, dan bencana alam sebesar Rp 81,8 triliun.

Dua langkah berikutnya adalah penggunaan anggaran subsidi pangan sebesar Rp 15,3 triliun dan kebijakan pemberian raskin ke-13 sebesar Rp 1,3 triliun. Selain itu, pemerintah juga menyiapkan langkah mitigasi krisis melalui buyback Surat Berharga Negara, Bond Stabilization Framework, dan manajemen protokol krisis.

"Kita semua concern tentang kondisi perekonomian dunia dan market yang cukup bergejolak," kata Bambang didampingi Ketua Badan Pengawasan Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nurhaida dan Dirjen Pengelolaan Utang Kemenkeu Rahmat Waluyanto.

Bambang menambahkan, Indonesia memiliki fundamental ekonomi cukup bagus dan kuat untuk menghadapi kemungkinan krisis global. Oleh karenanya, dampak kebijakan utang di AS dan beberapa negara Eropa tidak berdampak banyak bagi Indonesia. Meski demikian, pemerintah tidak berdiam diri.

Mitigasi itu disiapkan melihat kecenderungan kondisi keuangan domestik. "IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dan nilai tukar rupiah melemah," kata Bambang. Pada Selasa (9/8) siang, IHSG berada pada poin 3.747,5 dan nilai tukar rupiah Rp 8.543 per dolar AS.

Bambang mengakui ada kejatuhan di bursa, namun hal itu tidak secara eksklusif terjadi di bursa saham saja. Menurut dia, hampir semua komoditas mengalami pelemahan, termasuk harga minyak mentah. Komoditas yang tetap mengalami kenaikan hanya emas saja.

Mengenai depresiasi rupiah, Bambang mengatakan, depresiasi itu masih bisa dikendalikan. "Angkanya masih melegakan. Meski bursa jatuh, rupiah tetap terkontrol," kata Bambang. Justru, ujar dia, pertumbuhan PDB triwulan II 2011 mencapai 6,5 persen didukung oleh membaiknya kinerja investasi dan ekspor.

Bambang mengingatkan, laju inflasi Indonesia juga masih relatif stabil dibanding negara-negara lainnya. Hingga Juli 2011, tinggi harga komoditas bahan pangan dan energi mendorong peningkatan laju inflasi. Laju inflasi negara ASEAN menunjukkan tren meningkat. Laju inflasi Indonesia menunjukkan penurunan, berada sedikit di bawah Singapura.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement