REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Sebuah survei menunjukkan hanya 24,48 persen warga Indonesia yang telah berperilaku benar dalam Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk hidup bersih.
Survei ini juga menunjukkan bahwa persentase rumah tangga yang memenuhi kriteria Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan kategori baik secara rata-rata nasional hanya 35,68 persen, demikian siaran pers PT. Unilever Indonesia Tbk, Kamis.
Dalam seminar nasional tentang "Gerakan 21 Hari untuk Membantu Kebiasaan Sehat bagi Keluarga Indonesia" di Lembang, Bandung baru-baru ini, pakar kesehatan, Rachmat Sentika menjelaskan kebiasaan CTPS dapat menjadi perlindungan 10 masalah kesehatan yang disebabkan oleh kuman.
"CTPS merupakan upaya tepat memutuskan mata rantai penyebaran kuman dan bakteri, termasuk bakteri E.coli strain baru" katanya. Rendahnya kebiasaan CTPS dapat mengakibatkan minimal 10 masalah kesehatan yang disebabkan oleh kuman antara lain diare yang juga disebabkan oleh bakteri Escherichia coli atau E.coli yang kini memiliki strain baru yang berakibat mematikan seperti yang sedang terjadi di Eropa.
Professional Marketing Manager Lifebuoy, PT Unilever Indonesia Tbk., Ade Nirmala Chandra, juga mengatakan pencegahan penyakit menular melalui perilaku preventif seperti CTPS harus dibiasakan sejak dini. Sebagai pendidik utama di keluarga, para ibu memiliki peran penting untuk menanamkan budaya CTPS kepada anak-anaknya agar terus tertanam hingga dewasa.
"Semakin dini ibu mengajarkan kebiasaan sehat kepada anak-anaknya, perilaku tersebut akan semakin tertanam di benak anak-anak hingga mereka dewasa. Dalam hal ini ibu-ibu pkk menjadi kader yang efektif untuk mensosialisasikan gerakan 21 hari ini" kata Ketua IV TP PKK Pusat, Susi Soebekti.
CTPS dapat dilakukan pada lima saat penting, yaitu mandi menggunakan sabun, CTPS sebelum makan pagi, CTPS sebelum makan siang, CTPS sebelum makan malam, dan CTPS setelah dari toilet.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
