Rabu 22 Jun 2011 14:31 WIB

Indonesia Jangan Mau Didikte Australia

Rep: C13/ Red: Didi Purwadi
Faisal Basri
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Faisal Basri

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Ekonom Faisal Basri mendesak pemerintah tegas menghadapi penghentian pasokan sementara sapi bakalan dari Australia. Pemerintah harus menjadikan suspensi Australia itu sebagai momentum mengembangkan sapi lokal.

“Jangan mau terus didikte,” kata Faisal di Hotel Crowne, Jakarta, Rabu (22/6).

Menurut dia, kemandirian sapi lokal harus dicanangkan mulai sekarang. Pemerintah jangan terus bergantung kepada Australia. Ia meminta pemerintah tak perlu takut akan kurangnya pasokan daging di pasaran.

Sembari menunggu suspensi dicabut, Faisal menyarankan pemerintah untuk mencoba mengimpor sapi dari India. Pemerintah bisa pula menjajaki kerjasama dengan Brasil maupun Argentina. Dengan catatan, sapi yang diimpor itu dipastikan bebas penyakit kuku dan mulut.

“Di negara-negara itu, sebenarnya harga sapi lebih murah,” ujarnya.

Sayangnya, kata Faisal, ada kekuatan besar yang menekan pemerintah sehingga tidak berani mencoba untuk mengimpor sapi dari luar Australia. Alasan lainnya adalah adanya hubungan historis dan kekhawatiran akan mengacaukan pengusaha jika pemerintah mengambil kebijakan impor sapi dari luar Australia.

''Pemerintah gamang menyikapi persoalan itu. Padahal, keunggulan impor dari Australia itu hanya masalah jarak,'' katanya.

Faisal heran mengapa pemerintah tak mengimpor dalam bentuk daging. Sebab, impor dalam bentuk daging itu dijamin lebih murah dan pasti ongkos angkut bisa ditekan. “Masih banyak pilihan murah, tapi pemerintah tak memilihnya.”

Ia juga meminta agar pemerintah membenahi rumah pemotongan hewan (RPH). Dengan begitu, tak ada lagi kasus penyembelihan sapi yang tak manusiawi. Itu agar kredibilitas Indonesia di mata internasional terjaga. “Negara harus benahi itu. Jangan perlakukan hewan secara kasar,” ucap dosen Universitas Indonesia tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement